Sektor Migas Masih Defisit, Jonan: Dipakai untuk Kepentingan Nasional
Sektor migas masih menjadi salah satu biang kerok defisit neraca perdagangan. BPS mencatat defisit neraca perdagangan Januari sebesar USD 1,16 miliar.
Penulis: Ria anatasia
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sektor migas masih menjadi salah satu biang kerok defisit neraca perdagangan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca perdagangan Januari sebesar USD 1,16 miliar.
Secara rinci defisit neraca migas sebesar USD 454,8 juta dengan rincian: minyak mentah defisit sebesar USD 383,6 juta, hasil minyak defisit USD 981,1 juta, dan hanya gas yang surplus USD 909,9 juta. Sementara neraca non-migas juga mengalami defisit USD 704,7 juta.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan, pemerintah lebih memanfaatkan energi untuk kepentingan nasional seperti pembangunan dibandingkan mengedepankan ekspor.
"Misalnya ada yang tanya, neraca dagang migas defisit. Pertanyaan saya energi mau digunakan sebagai alat pembangunan atau komoditi ekspor," kata Jonan dalam acara "Energi untuk Kedaulatan Negeri" di kawasan SCBD, Jakarta, Selasa (2/4/2019).
Sebagai contoh, untuk komoditas gas, Jonan mengatakan 60 persen dari total produksi gas digunakan untuk dalam negeri.
Baca: Menteri Jonan: Harga Migas dan Minerba Tidak Terpengaruh Tahun Politik
Sementara untuk minyak, Indonesia terpaksa masih mengimpor akibat produksi domestik tak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Menurut dia, kemampuan produksi minyak sebesar 770 ribu barel per hari, sementara konsumsi sebesar 1,2 juta barel per hari.
"Tapi sebenarnya akhirnya minus karena gas dipakai untuk nasional. Kalau diekspor semua pasti plus (neraca migas)," ucapnya.
Untuk pembangunan sendiri, pemerintah berusaha untuk meningkatkan rasio elektrifikasi hingga 99,9 persen tahun ini. Dia mengungkapkan masih ada sekitar 160 ribu rumah tangga yang belum tersambung listrik.
"Sambungan listrik ke rumah-rumah ini memerlukan biaya Rp 550 ribu dan masih ada 160 ribu kepala keluarga yang tidak mampu untuk membiayai hal tersebut," kata Jonan.
"Kami langsung berikan penyambungan listrik secara gratis," pungkasnya.