Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Avtur Pertamina Sangat Bersaing

Ekonomi INDEF Drajad Wibowo menilai, harga Avtur Pertamina sangat bersaing dibanding dengan raksasa minyak seperti Shell.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Harga Avtur Pertamina Sangat Bersaing
Tribunnews/Ria Anatasia
Truk Pertamina pengangkut bahan bakar avtur di Bandara Labuan Bajo. 

TRIBUNNEWS.COM - Ekonomi INDEF Drajad Wibowo menilai, harga Avtur Pertamina sangat bersaing dibanding dengan raksasa minyak seperti Shell.

“Bahkan jika disandingkan dengan harga di Singapura, jatuhnya bisa lebih murah 10-20 sen US per liter,” kata Drajad di Jakarta hari ini.

Diambil dari laman http://www.platts.com.es/JetFuelNews/27921830, harga Avtur memang terlihat paling rendah.

Perbandingan harga untuk periode II, April 2019, harga Avur Pertamina di dua bandara, yaitu Juanda Surabaya dan Soekarno Hatta Jakarta, bahkan paling rendah dibandingkan Shell di berbagai bandara, yaitu Narita Tokyo, Manila, Singapura, Hong Kong, Kuala Lumpur, dan Bangkok.

Baca: Curhatan Donita Usai Memutuskan untuk Berhijab

Baca: Richard Kyle Sematkan Nama Jessica Iskandar di Profil Instagram dan Hadiri Ultah Putra Nia Ramadhani

Baca: Lebih Dekat dengan Gunung Mas dan Bukit Soeharto, Calon Ibu Kota Baru

Di bandara Juanda, harga Avtur Pertamina adalah Rp9.949,06/liter dan di Soekarno Hatta Rp9.022,54/liter. Bandingkan dengan harga Shell termurah di Bangkok yang sudah mencapai Rp9.956,70. Terlebih jika dibandingkan dengan Shell di Narita Tokyo yang mencapai Rp15.993,54/liter.

Untuk itulah Drajad merasa janggal, jika dalam kondisi harga tiket pesawat mahal seperti sekarang, Avtur Pertamina selalu disalahkan.

Terlebih karena selalu dikaitkan dengan kemungkinan adanya pemain baru untuk Avtur dalam negeri. “Kenapa narasinya selalu ‘swasta harus ikut main avtur, jangan Pertamina saja’. Jangan-jangan ada udang dibalik siomay,” kata Drajad.

BERITA REKOMENDASI

Lebih dari itu, Drajad justru melihat bahwa yang menjadi penyebab mahalnya harga tiket adalah inefisiensi maskapai.

Drajad mencontohkan salah satu maskapai dalam negeri yang memikul banyak beban yang tidak efisien seperti pengadaan pesawat, asuransi dan biaya lainnya. Akibatnya harga tiket maskapai tersebut sangat mahal.

“Saya bisa bicara tentang inefisiensi ini karena sebagai anggota DPR, saya pernah menulis solusi keuangan maskapai tersebut yang saya antar langsung ke istana pada masa Presiden SBY. Solusi tersebut kemudian dimuat harian terkemuka di Indonesia,” jelasnya.

Tentang mahalnya tiket perusahaan maskapai dalam negeri, Drajad mengaku mengalami sendiri.

Misalnya saja, bahwa sebagai pemegang GarudaMiles platinum selama 10 tahun-an, Drajad juga tahu bahwa tiket Garuda ke Eropa jauh lebih mahal dibandingkan Turkish, Emirates, Qatar, Etihad dan Saudi.


“Memang Garuda tanpa transit, tapi selisih harganya gila-gilaan. Jadi, memang maskapainya yang seharusnya disoroti atas mahalnya harga tiket,” kata dia.

Di sisi lain Drajad menilai, jika saja Garuda bisa menurunkan harga tiket, diyakini bahwa maskapai lain akan ikut turun.

Jika tidak, mereka kehilangan pasar secara signifikan. “Nah, karena Garuda mayoritas milik negara, mengapa pemerintah selalu gagal menurunkan harga tiket Garuda? Ini kan otomatis akan menurunkan harga tiket pesawat di Indonesia,” pungkasnya. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas