Program MERA untuk Selamatkan Hutan Mangrove Dapat Dukungan dari Perusahaan Swasta
MERA telah menjalin mitra dengan Asia Pulp & Paper (APP/Sinar Mas), Indofood Sukses Makmur, Chevron Pacific Indonesia
Penulis: Deodatus Pradipto
Laporan wartawan Tribunnews.com Deodatus Pradipto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), afiliasi dari The Nature Conservancy, memperkenalkan mitra korporasi yang telah memberikan dukungan, kontribusi dan komitmen untuk menyelamatkan hutan mangrove dan ekosistemnya dalam acara MERA Media EXPOSÈ, di Agneya Restaurant, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (23/5/2019).
Sejak diluncurkan pada 26 Juli 2018, MERA telah menjalin mitra dengan Asia Pulp & Paper (APP/Sinar Mas), Indofood Sukses Makmur, Chevron Pacific Indonesia dan segera bergabung Djarum Foundation.
Acara ini juga dihadiri oleh Board of Trustee Sarwono Kusumaatmadja, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Ahmad Munawir, Guru Besar Ilmu Ekologi Pesisir dan Laut Institut Pertanian Bogor Prof Dr Ir Dietriech G. Bengen, DEA, serta corporate champion YKAN Franky Welirang.
Pembahasan mengenai program MERA dibahas dalam diskusi panel bersama mitra MERA, yakni Director of Sustainability and Stakeholder Engagement APP Elim Sritaba, Head of Corporate Communications Indofood Stefanus Indrayana dan Senior VP Corporate Affairs PT Chevron Pacific Indonesia Wahyu Budiarto.
Mangrove Ecosystem Restoration Alliance atau Aliansi Restorasi Ekosistem Mangrove (MERA) merupakan sebuah platform kemitraan yang bekerja sinergis untuk menyelamatkan dan melestarikan hutan mangrove.
Program kerja MERA berlandaskan kajian ilmiah yang kuat sebagai acuan untuk membuat rencana desain restorasi hutan mangrove.
Hal ini penting untuk mendukung kembalinya fungsi hutan mangrove sebagai sebuah ekosistem, bukan sekadar kumpulan pohon-pohon mangrove.
Ekosistem hutan mangrove merupakan ekosistem penting di kawasan pesisir.
Diperkirakan, 80 persen hasil ikan tangkap di dunia bergantung pada hutan mangrove, baik secara langsung maupun tidak.
Akarnya yang rapat dan lingkungan vegetasi di sekitarnya berperan penting untuk menyaring air dari kotoran dan polutan lainnya untuk menghasilkan air bersih.
Dalam luasan yang setara dengan hutan tropis, hutan mangrove mampu menyimpan karbon 3-5 kali lebih banyak.
Sebagai gambaran, hutan mangrove seluas satu hektar mampu menyerap 1.000 ton karbon per hektar.
Itu sebabnya, menyelamatkan hutan mangrove menjadi krusial dalam memerangi perubahan iklim.
Namun, hutan mangrove di Indonesia kini dalam kondisi kritis.
Dalam tiga dekade terakhir, lebih dari 50% hutan mangrove di Indonesia hilang.
Sebagian besar akibat konversi lahan untuk budidaya perikanan dan pembangunan.
Hal ini juga menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kerusakan hutan mangrove tercepat di dunia.
Padahal, Indonesia sebelumnya dikenal sebagai negara dengan lahan mangrove terbesar di dunia yang memiliki hutan mangrove seluas 3,556 juta ha (KLHK, 2019).
Namun, kini 33,55 persen atau 1,193 juta lahan mangrove di Indonesia dalam kondisi kritis.
Usaha penyelamatan dan pelestarian hutan mangrove ini pun menjadi salah satu tugas bersama bagi seluruh pihak, baik pemerintah, perusahaan BUMN dan swasta, maupun lembaga kemasyarakatan.
“Dalam acara ini kami mengingatkan pentingnya mangrove untuk kehidupan masyarakat terutama yang tinggal di daerah pesisir. Namun, untuk melestarikan dan menjaga keberlangsungan tanaman mangrove, YKAN tidak dapat bergerak sendiri dan membutuhkan bantuan dari pihak lain," ujar Ketua Yayasan Konservasi Alam Nusantara Rizal Algamar, di Jakarta, Kamis (23/5/2019).
"Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah menunjukan kepeduliannya dan konsisten mendukung program konservasi hutan mangrove dengan cara bergabung dalam MERA,” lanjut dia.
Head of Corporate Communications Indofood Stefanus Indrayana mengatakan Indofood mendukung program MERA sebagai wujud kepedulian mereka terhadap lingkungan.
Indofood beberapa kali melakukan penanaman bibit mangrove di beberapa pantai di Jakarta.
Indofood memandang penting untuk menyelamatkan hutan mangrove terakhir di Jakarta dan melihat MERA memiliki program konservasi dan restorasi ekosistem yang terintergasi.
"Harapan kami, langkah kecil yang kami mulai ini akan menyelamatkan lingkungan demi masa depan generasi yang akan datang,” kata Stefanus.
Di Jakarta kini hanya tersisa sekitar 300 hektar hutan mangrove, yang berada di kawasan Angke Kapuk, Jakarta Utara.
Sebanyak 25 hektar berada di dalam area Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA).
Program MERA bekerja di wilayah ini dan telah dilakukan 80 persen kajian awal.
Kepala BKSDA Jakarta Ahmad Munawir menjelaskan pemerintah mengapresiasi program MERA yang benar-benar memberikan contoh bahwa dalam membangun sebuah rencana restorasi kawasan harus didasari analisis ilmiah yang kuat.
Saat ini MERA sedang dalam tahap menyelesaikan master plan pengelolaan kawasan, serta detail design enginering untuk pembangunan infrastruktur yang sesuai kaidah-kaidah konservasi.
Harapannya, setelah ini selesai, dapat segera memulai kegiatan restorasi ekosistemnya karena titik-titik yang akan direstorasi sudah dipetakan.
Tahapan selanjutnya adalah penyelesaian rencana pemulihan ekosistem, persiapan pembangunan infrastruktur, dan menyiapkan modul-modul untuk pendidikan lingkungan hidup.
Dan dalam lima tahun ke depan, memastikan SMMA dapat digunakan sebagai pusat edukasi dan wisata terbatas dengan melakukan penguatan kelembagaan pengelola SMMA dan penyediaan mekanisme pendanaan berkelanjutan.
Direktur Sustainability APP Sinar Mas Elim Sritaba menyambut baik progress yang telah berhasil dicapai dalam program ini.
Elim Sritaba menambahkan, "Upaya perlindungan lingkungan hidup sejalan dengan Sustainability Roadmap Vision 2020 dari APP Sinar Mas. Kami berharap, program kemitraan dalam aliansi MERA ini, dapat mewujudkan cita-cita kita semua agar tercipta pengelolaan mangrove secara berkelanjutan dan terintegrasi ke depannya, sekaligus juga mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.”
Tanggapan serupa juga datang dari Senior VP Corporate Affairs PT Chevron Pacific Indonesia Wahyu Budiarto.
Chevron senang senang dapat berpartisipasi dalam program MERA di Teluk Jakarta, bermitra dengan YKAN dan beberapa perusahaan swasta lainnya, guna mendukung program pemerintah di bidang perlindungan lingkungan dan konservasi keanekaragaman hayati, khususnya program konservasi mangrove.
Bersama YKAN dan Pemerintah Daerah Provinsi Riau, Chevron berencana melakukan replikasi program konservasi mangrove di Dumai dan Bengkalis, Riau.
"Saat ini, studi desain rencana restorasi kawasan pesisir di kedua daerah tersebut sedang berlangsung dan diharapkan selesai akhir tahun ini. Harapan kami, implementasi program ini dapat dimulai tahun 2020,” katanya.
Dengan adanya dukungan untuk MERA, diharapkan tercipta pemahaman kolektif mengenai program aliansi restorasi ekosistem mangrove.
Mitra atau pendukung yang telah bergabung dalam program juga diharapkan dapat menunjukkan dukungan penuh dan berkomitmen dalam pengelolaan hutan mangrove yang terpadu.
Merawat mangrove, menjaga pesisir, demi bumi yang lebih baik.