Blue Bird Minta Pemerintah Segera Terbitkan Aturan Mobil Listrik
Noni Purnomo menyebutkan, sudah meluncurkan mobil listrik sebanyak 25 unit BYD dan 5 unit Tesla sejak Mei 2019 sebagai program percobaan.
Penulis: Ria anatasia
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Blue Bird Tbk (BIRD) berharap pemerintah segera menerbitkan peraturan presiden (perpres) terkait operasional kendaraan listrik. Pasalnya, aturan tersebut bisa menjadi kunci utama pengembangan industri kendaraan listrik di tanah air.
Direktur Utama Blue Bird Noni Purnomo menyebutkan, sudah meluncurkan mobil listrik sebanyak 25 unit BYD dan 5 unit Tesla sejak Mei 2019 sebagai program percobaan.
Namun, dia tak bisa memastikan apakah akan menambah unit mobil listrik atau tidak pada akhir tahun ini, sebab pihaknya masih menanyi pepres tersebut.
"Kami lihat kira-kira masyarakat dukungannya bagaimana, kemudian pemerintah regulasinya bagaimana. Supaya mobil listrik ini digunakan kendaraan umum itu harus ada benefit juga" kata Noni saat ditemui di Balai Lelang Caready di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (27/6/2019).
Noni melanjutkan, penggunaan mobil listrik merupakan upaya yang baik, terlebih polusi udara akhir-akhir ini menjadi banyak perhatian masyarakat perkotaan.
Selain itu, Noni berharap pemerintah memberikan insetif bagi para pelaku usaha yang mengembangkan dan menggunakan kendaraan listrik tersebut.
"Bagaimanapun kalau secara bisnis harga kendaraan 3 kali lipat dari harga taksi biasa, nah jadi secara perusahaan kami masih subsidi, kami harapkan adanya dukungan pemerintah untuk membuat aturan yang lebih baik misalnya ada insentif khusus untuk buka perusahaan manufacturingnya dengan begitu harga belinya lebih murah," tutur dia.
Baca: Blue Bird Mengaku Tak Tahu Tesla Model X Rawan Terbakar
Untuk diketahui, Blue Bird telah mengoperasikan 30 unit taksi listrik yang terdiri dari 25 mobil MPV BYD e6 sebagai taksi reguler dan 5 unit SUV Tesla Model X 75D sebagai taksi eksekutif.
Noni mengungkapkan selama masa percobaan, pihaknya tidak menemukan kendala berarti dari sisi teknis. Namun, ia belum bisa menyebut peluang tambahan armada lantaran menunggu hasil evaluasi dari program percobaan itu selama enam bulan.
"Nanti kira-kira hampir akhir tahun kami review lagi kami mau bagaimana, mau nambah, ganti model kah, jadi kami lihat sambil lihat kemungkinan apakah ada industri yang inisiatif buka pabrik itu karena itu sangat penting. Kalau tidak begitu mahal harga mobillya," pungkasnya.