Frisian Flag Lanjutkan Program Farmer2Farmer, Kirim Peternak Sapi Perah Indonesia Belajar ke Belanda
Kebutuhan susu nasional ada di angka 4,5 juta ton, tapi produksi lokal baru mencapai 864,6 ribu ton atau sekitar 19 persen dari kebutuhan nasional.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produksi susu nasional Indonesia bisa dibilang masih belum memenuhi standar baik dari kualitas mau pun kuantitas. Kebutuhan susu nasional ada di angka 4,5 juta ton, tapi produksi lokal baru mencapai 864,6 ribu ton atau sekitar 19 persen dari kebutuhan nasional.
Untuk membantu meningkatkan kesejahteraan peternak dan keberlanjutan industri susu nasional, Frisian Flag Indonesia melanjutkan program Farmer2Farmer dengan mengirim empat peternak Indonesia belajar teknik peternakan sapi perah atau Good Dairy Farming Practices ke Belanda.
“Ada begitu banyak yang harus dilakukan untuk memenuhi standar produksi susu nasional baik dari kualitas mau pun kuantitas. Namun kami yakin, langkah-langkah yang kami ambil ini merupakan investasi dalam sistem pangan yang berkelanjutan. Lewat program Farmer2Farmer setidaknya ada tiga aspek yang akan terpenuhi, yaitu peternak sejahtera, pemenuhan bahan baku industri pengolahan susu, dan konsumsi susu segar terpenuhi,” ujar Fetti Fadliah, PR Manager Frisian Flag Indonesia dalam keterangan pers tertulis kepada Tribunnews, Sabtu (6/7/2019).
Sebagian besar usaha peternakan di Indonesia masih belum memperhatikan manajemen pemeliharaan secara umum, mengabaikan pengendalian kesehatan hewan, kondisi biologi dan veteriner hewan, pemberian pakan dan air minum, lingkungan dan infrastruktur serta penanganan produk yang dihasilkan.
Baca: UPDATE - Pagi Ini Tim SAR Evakuasi Jenazah Diduga Thoriq Rizky yang Meninggal di Gunung Piramid
Produksi susu dominan terdapat di Pulau Jawa dengan kontribusi susu dari Pulau Jawa 98,34% sementara Luar Jawa 1,66%. Produksi susu 5 tahun terakhir menurun rata-rata 1,03% per tahun atau rata-rata sebesar 847,09 ribu ton.
Selama periode 2017 hingga 2020, Indonesia diperkirakan akan mengalami defisit susu sebesar 71 ribu hingga 103 ribu ton. Produktivitas sapi perah juga masih rendah sekitar 8-12 liter/ekor/hari. Idealnya adalah 15 liter/ekor/hari. Selain rendah produksi, kualitas susu dalam negeri juga masih rendah dan belum terjamin kebersihannya.
Total solid (bahan padatan susu) masih di bawah 11,3 persen sedang total Plate Count (kandungan bakteri) masih lebih dari 10juta/cc dari standar kurang dari 1 juta/cc. Hal-hal ini jika dibiarkan berlangsung secara terus menerus tentunya akan membawa dampak yang kurang baik bagi peternak dan sistem pangan.
Kompetisi Farmer2Farmer 2019 merupakan bagian dari program Farmer2Farmer dari FFI. Program berkelanjutan ini bernaung di bawah Dairy Development Program (DDP) oleh perusahaan induk, FrieslandCampina.
Tahun ini merupakan tahun ketujuh dari implementasi program Farmer2Farmer. Secara nasional, kompetisi ini dimulai dari awal tahun dengan melibatkan para peternak sapi perah lokal yang berasal dari empat koperasi peternak sapi perah di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Yaitu Koperasi Peternakan Sapi Bandung Selatan (KPSBS) pangalengan dan Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang di Jawa Barat, Koperasi Usaha Tani Ternak Suka Makmur dan Koperasi Bangun Lestari di Jawa Timur.
Dari hasil seleksi, 110 peternak sapi perah terpilih mengikuti kompetisi dan melalui proses penilaian sejak Februari 2019. Jumlah ini lalu mengecil menjadi 4 peternak yang hasilnya diumumkan pada April lalu. Peternak-peternak ini berhak mengikuti pelatihan GDFP yang berisi keterampilan teknis dan non teknis terkait dengan peternak sapi perah di Belanda.
“Sebagai salah satu perusahaan susu terbesar di dunia yang dimiliki oleh para peternak sapi perah, FrieslandCampina dengan tujuan Nourshing by Nature berpegang pada keahlian dan pengetahuan yang dikembangkan lebih dari 140 tahun dalam bidang susu. Pengetahuan ini sekarang juga dibagi secara luas melalui transfer pengetahuan seperti yang dilakukan dalam Program Farmer2Farmer,” ujar Tino Nurhadianto - Fresh Milk QA/QC Manager, Frisian Flag Indonesia.
Tahun ini merupakan ke-dua kalinya para pemenang dikirim ke Belanda untuk belajar GDFP. Selama di Belanda, peternak diajarkan pengetahuan dan keterampilan serta penerapan aspek teknis beternak yang dimiliki oleh seorang peternak.
Di kegiatan ini para peternak juga diajarkan untuk melakukan seleksi pada ternaknya. Para peternak umumnya melakukan seleksi ternak berdasarkan produksi susu. Ternak dengan produksi susu yang rendah akan dikeluarkan dari peternakan sehingga total produksi susu dapat terjaga dan pendapatan ternak tidak menurun.
“Sebelum mengikuti F2F, produksi susu dari peternakan biasanya hanya di angka 8-12 liter/ekor/hari. Setelah program F2F, produksi sekarang biasanya stabil di angka 15-18/liter/ekor/hari. Bahkan beberapa hari bisa mencapai 26 liter. Secara pendapatan, kami juga mengalami kenaikan bahkan saat ini, anak saya tertarik untuk melanjutkan usaha ini,” ujar pemenang Kompetisi F2F 2019 Nenih dari Lembang.