IFMAC 2019 Hadirkan Kebutuhan Manufaktur Berkualitas untuk Industri Mebel Indonesia
Indonesia berada diperingkat 21 dunia dan pasar furniture dunia diprediksi masih akan terus meningkat, yaitu sekitar 3% sampai tahun 2020
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Inovasi dan desain pada industri furniture dan kerajinan sangat menentukan nilai tambah yang range-nya sangat lebar mulai dari puluhan prosen, ratusan hingga ribuan prosen.
Kementerian Perindustrian terus mendorong dilakukannya R&D untuk menciptakan inovasi-inovasi baru.
Terkait dengan hal ini, Kementerian Perindustrian telah mengusulkan adanya insentif Super Deduction Tax, untuk mendorong R&D sebesar300 persen dari investasinya.
"Sedangkan untuk Pendidikan vokasi sebesar 200%, dan alhamdulillah saat ini sudah keluar Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 2019 tentang hal tersebut,” kata Dirjen Industri Argo Kementerian Perindustrian Abdul Rochim saat membuka Pameran International Furniture Manufacturing Components (IFMAC) di Jakarta, Rabu (8/10/2019).
Abdul Rochim menyebutkan, kinerja ekspor industry furniture Indonesia dalam tiga tahun terakhir adalah: US$1.60 Miliar (2016), US$1.63 Miliar (2017), dan US$1.69 Miliar (2018).
Industri furnitur memberikan kontribusi sebesar 0,25% terhadap PDB Nasional. Sementara itu nilai perdagangan furniture dunia berdasarkan data CSIL adalah sebesar US$131 Miliar pada tahun 2016, tahun 2017 sebesar US$140 Miliar dan tahun 2018 sebesar US$154 Miliar.
Saat ini, pengekspor furniture utama dunia adalah negara Cina, diikuti oleh Jerman, Italia, Polandia, USA, Mexico, dan Vietnam.
Baca: Viral 2 Mahasiswa UIN Raden Intan Lampung Tenggelam Saat Kejutan Ulang Tahun, Ini Identitasnya
Indonesia berada diperingkat 21 dunia dan pasar furniture dunia diprediksi masih akan terus meningkat, yaitu sekitar 3% sampai tahun 2020.
Asia Pasifik, diikuti oleh Amerika Utara, Timur Tengah dan Afrika merupakan Kawasan yang pasar furniturnya tumbuh pesat. Tentu saja hal ini menjadi kesempatan bagi pelaku industri furniture di Indonesia untuk lebih keras berusaha meningkatkan ekspor.
Selain itu, ‘tradewar’ antara China dan USA juga merupakan peluang bagi 3 Indonesia untuk mengambil pasar furniture di USA yang ditinggalkan China. Berdasarkan data tahun 2018, pangsa pasar furniture China di USA sebesar US$26,3 miliar (48,08%).
Rini Sumardi, Direktur PT Wahana Kemalaniaga Makmur (WAKENI) mengatakan, IFMAC adalah pameran bisnis terkemuka di Asia Tenggara, yang fokus menghadirkan kebutuhan mesin dan teknologi mutakhir untuk industri mebel yang menguntungkan yang Indonesia layani baik pasar domestic, regional serta pasar ekspor dunia.
IFMAC mengikuti visi yang dipetakan oleh pemerintah Indonesia untuk terus mengembangkan kemampuan produksi mebel Indonesia.
Baca: Pelaku Pembunuhan Pengusaha Mebel di Pamekasan Masih Misterius
"Oleh karena itu IFMAC menghadirkan teknologi berkualitas dunia yang dapat membantu produsen dalam negeri memproduksi mebel berkualitas tinggi seperti diinginkan oleh pembeli global," katanya.
Setiap tahun, IFMAC menjadi pameran wajib bagi industri dengan memperkenalkan permesinan yang kompetitif, produk dan solusi yang baik untuk investasi oleh produsen mebel berbagai ukuran, terutama perusahaan kecil dan menengah yang membutuhkan aset hemat biaya guna memenuhi produksi mereka.
IFMAC mempertemukan para pemimpin industri dunia yang ingin berinvestasi mengembanagkan pasar Indonesia dengan perusahaan-perusahaan Indonesia yang ingin melakukan transformasi dalam hal proses, sistem operasional demi mencapai kinerja produksi yang lebih baik.
"IFMAC menjadi momentum yang tepat untuk melakukan alih teknologi, memungkinkan produsen mebel UKM untuk membangun kekuatan operasional mereka dan meningkatkan output dengan mesin modern dan solusi yang inovatif," katanya.
Selama empat hari pameran, akan digelar konferensi berjudul 'Teknologi yang Dibutuhkan bagi Industri Manufaktur Mebel Indonesia'.
Pada konferensi tersebut para pakar industri dan peserta pameran akan berbagi pengetahuan teknologi mereka dan memberikan gambaran tren industri yang mempengaruhi kemajuan industri mebel Indonesia.
Para pengunjung pameran baik dari bagian pengadaan, retailer, calon mitra bisnis akan mendapat manfaat dari acara yang menarik dan bermanfaat yang mencerminkan kekuatan pasar mebel Indonesia.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pameran International Furniture Manufacturing Components (IFMAC) yang menghadirkan teknologi-teknologi yang dibutuhkan bagi industri produksi mebel Indonesia yang sedang mengalami pertumbuhan pesat digelar mulai hari ini, Rabu (8/10/2019).
Diselenggarakan oleh PT Wahana Kemalaniaga Makmur (WAKENI), tahun ini menandai awal kerja sama dengan Deutsche Messe yang merupakan penyelenggara LIGNA yang merupakan pameran permesinan dan kayu terbesar di dunia.
Minat tinggi terhadap pameran ini ditandai dengan ruang pameran yang terjual habis diisi oleh 286 perusahaan dari 23 negara.
Pameran IFMAC ke-8 tahun ini digelar mulai 9 hingga 12 Oktober 2019 di Jakarta International Expo, Kemayoran, dengan target pengunjung mencapai 15.000 pebisnis dari dalam dan luar negeri.
Perusahaan-perusahaan ternama yang hadir di IFMAC 2019 antara lain Alpha Utama Mandiri, Felder Group, American Hardwood (AHEC), dan Maju Adil Sejahtera yang rutin berpatisipasi sejak IFMAC pertama kali digelar pada tahun 2012.
Kini dengan bergabungnya Deutsche Messe – penyelenggara pameran LIGNA yang fokus pada industri produksi mebel dan perkayuan, IFMAC semakin banyak diikuti oleh perusahaan-perusahaan internasional khususnya dari Eropa.
Beberapa perusahaan yang untuk pertama kalinya berpartisipasi di pameran IFMAC antara lain Ledinek GmbH dari Austria, Inter Abrasive A.S. dari Turki, Surteco Pte Ltd dan Raute Group Asia Pte Ltd dari Singapura, Robland NV dari Belgia, dan PK Garuda dari Indonesia.
Secara keseluruhan, IFMAC 2019 mencatat peningkatan peserta sebanyak 70% perusahaan dari luar negeri dan 30% peserta dalam negeri yang terdiri dari distributor besar dalam negeri dan pemasok mesin dan solusi ternama di masing-masing negara tersebut di industri mebel.