Produksi Boeing 737 Max Dihentikan, Bagaimana Nasib Pesawatnya di RI?
Indonesia bersama negara-negara lainnya telah menghentikan operasional pesawat Boeing 737MAX, jauh sebelum pemberitaan
Penulis: Ria anatasia
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pabrikan pesawat asal Amerika Serikat, Boeing menghentikan sementara produksi lini pesawat B 737 Max, jenis pesawat yang mengalami kecelakaan pada penerbangan Lion Air dan Ethiopian Airlines tahun lalu.
Untuk diketahui, B 737 Max digunakan oleh dua maskapai di Indonesia, yaitu Lion Air sebanyak 10 unit dan Garuda Indonesia sebanyak 1 unit. Semua pesawat tersebut telah dikandangkan (grounded) sejak Maret lalu.
Lantas bagaimana nasib B 737 Max di tanah air?
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengatakan, rencana pemberhentian produksi B 737 Max merupakan keputusan pihak Boeing.
Direktur Jenderal Perhubungan Polana B Pramesti, mengatakan Indonesia bersama negara-negara lainnya telah menghentikan operasional pesawat Boeing 737MAX, jauh sebelum pemberitaan terkait dengan keputusan pihak Boeing untuk melakukan stop produksi B737MAX.
“Saat ini Ditjen Hubud sedang menunggu hasil proses sertifikasi upgrade MCAS B737 MAX oleh FAA, yang sampai saat ini belum dapat ditentukan waktu selesainya” kata Polana dalam keterangannya, Rabu (18/12/2019).
Polana menambahkan setop produksi, tidak berarti Boeing 737 MAX akan pasti tidak terbang lagi di waktu yang akan datang.
Indonesia masih menunggu otoritas penerbangan AS, FAA dan empat otoritas penerbangan lainnya untuk menyelesaikan proses sertifikasinya terhadap jenis pesawat tersebut untuk menentukan apa B 737 Max bisa terbang kembali.
“Pemerintah akan mengkaji semua informasi terkait sebagai dasar untuk menentukan pencabutan grounding MAX di Indonesia, namun sampai saat ini belum selesai proses sertifikasinya," ujar Polana.
Selain itu, hasil sertifikasi tersebut akan dibahas bersama antar otoritas penerbangan sipil di kawasan ASEAN yang memang telah memiliki konsensus untuk mengharmonisasi proses un-grounding B737MAX.
Ditjen Perhubungan Udara memiliki perhatian terhadap armada MAX yang ada di Indonesia yang sudah tidak terbang selama lebih dari 9 bulan, serta bagaimana pengaruhnya terhadap kondisi fisik pesawat tersebut.
“Kami telah dan akan terus melanjutkan komunikasi dan koordinasi dengan pihak operator penerbangan serta pabrikan dan otoritas penerbangan sipil lainnya mengenai langkah-langkah terbaik yang perlu dilakukan untuk preservasi armada tersebut selama tidak terbang," jelas Polana.
"Kami pastikan bahwa keselamatan dalam bisnis penerbangan adalah yang paling utama “no go item," sambungnya.
Sementara itu, pihak Lion Air belum memberi respons terkait kelanjutan B 737 Max miliknya. Pasalnya, maskapai berlambang singa merah itu telah memesan 222 unit pesawat jenis tersebut.
"Kami belum bisa memberi keterangan atau no comment," kata Corporate Communication Strategic Lion Air Group Danang Mandala Prihartono saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Selasa (17/12/2019) malam.
Tribunnews.com juga telah mencoba menghubungi VP Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan terkait hal tersebut, namun belum mendapatkan respons.
Hentikan Produksi
Boeing Co mengatakan pada hari Senin waktu setempat akan menghentikan sementara produksi pesawat jet 737 MAX pada bulan Januari.
Dikutip dari Reuters Rabu (18/12/2019) Boeing, yang membuat 737 di Seattle, mengatakan tidak akan memberhentikan sekitar 12.000 karyawan di sana selama pembekuan produksi, meskipun langkah itu dapat memiliki dampak di seluruh rantai pasokan global dan ekonomi A.S.
Keputusan diambil setelah Administrasi Penerbangan Federal ( FAA) menolak untuk menyetujui jet tersebut kembali mengudara sebelum 2020 dan menyampaikan mengenai penolakan publik terhadap harapan Boeing untuk kembali pulih.
Pesawat jenis 737 MAX telah dilarang terbang sejak Maret setelah dua kecelakaan di Indonesia dan Ethiopia yang menewaskan 346 orang dalam waktu lima bulan.
Keputusan untuk menghentikan produksi akan memiliki dampak kecil pada maskapai yang telah memesan. Hal itu sekaligus memaksa perusahaan penerbangan membatalkan penerbangan dan menyewa pesawat pengganti.
Keputusan tersebut juga mengancam perekonomian A.S. Perwakilan parlemen AS Rick Larsen menyebut keputusan Boeing merupakan pukulan berat bagi para pekerjanya dan ekonomi kawasan.
“Satu-satunya rahmat yang menyelamatkan adalah petinggi Boeing telah berjanji untuk tidak memberhentikan pekerja. Saya siap bekerja dengan pekerja Boeing untuk memastikan mereka akan memiliki akses ke sumber daya yang diperlukan jika terjadi shutdown yang berkepanjangan," ucap Rick.
Hingga saat ini Boeing terus memproduksi 737 MAX dengan jumlah produksi 42 pesawat per bulan dan membeli suku cadang dari pemasok hingga 52 unit per bulan, meskipun pengiriman dibekukan hingga regulator menyetujui pesawat untuk terbang secara komersial lagi.
Boeing tidak mengatakan berapa lama penutupan akan berlangsung, menekankan ini sampai ke FAA.
FAA mengatakan tidak akan mengomentari apa yang digambarkan sebagai keputusan bisnis Boeing. Lembaga tersebut menyatakan akan terus bekerja dengan regulator global untuk meninjau perubahan yang diusulkan pada 737 MAX.
"Prioritas pertama kami adalah keselamatan, dan kami belum menetapkan jangka waktu kapan pekerjaan akan selesai," kata FAA.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Boeing Resmi Hentikan Produksi 737 MAX"