Tapisi Menjual Aneka Gorengan dengan Pendekatan Modern
Tapisi menawarkan beragam varian rasa seperti pisang goreng dengan topping keju dan cokelat, singkong topping keju/ cokelat serta tahu goreng balado
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gorengan atau camilan yang paling gampang ditemukan ini mulai naik kelas seiring perjalanan zaman seperti terlihat dari teknik penyajian, kemasan dan pemasarannya yang dipoles kian apik.
Strategi ini yang sekarang dirintis pemain franchise kuliner lokal dan juga founder Tapisi (Tahu Pisang Singkong), Akbar Temuyyin Sani.
Dia mengatakan, Tapisi membawa konsep modern dan merevolusi model bisnis gerobak gorengan menjadi lebih menarik dan mengutamakan higienitas.
“Pada dasarnya kami memiliki tujuan merevitalisasi budaya kuliner tradisional Indonesia serta membuatnya lebih terjangkau oleh masyarakat umum. Baik mereka konsumen maupun peminat usaha UMKM,” ujarnya di kawasan Kemayoran, Jakarta, Jumat (27/12/2019).
Tapisi menawarkan beragam varian rasa seperti pisang goreng dengan topping keju dan cokelat, singkong topping keju/ cokelat serta tahu goreng balado/ barbeque,
“Tapisi ingin menghidupkan tradisi pedagang gerobak makanan di Indonesia. Kami memberi kesempatan bagi kaum millennial untuk mempertahankan dan menambah pendapatan mereka melalui produk Tapisi sendiri disertai dengan merek, peralatan masak yang modern dan produk bervariasi,” imbuhnya.
Baca: Ingin Makan Gorengan Tanpa Takut Sakit? Ini Triknya Agar Tetap Sehat
Akbar berambisi meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan membuka peluang usaha seluas-luasnya bagi para calon mitra di seluruh wilayah Indonesia dan manca negara.
ementara Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Andrew Nugroho mengatakan, bisnis waralaba tumbuh lumayan, mencapai 10 persen di 2019 ini secara year-on-year jika dibandingkan dengan pertumbuhan di 2019 lalu yang hanya mencapai 5-6 persen.
“Sumbangsih terbesar dari pertumbuhan industri franchise sendiri berasal dari usaha kuliner atau food and beverage (FnB). Termasuk kuliner yang berasal dari dalam negeri atau lokal,” jelasnya.
Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) mencatat, ada sekitar 2.000 merek dagang yang diwaralabakan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Sebanyak 35 persen merupakan merek waralaba asal luar negeri dan sebanyak 65 persen adalah merek waralaba lokal.