Baru Bediri 2 Tahun, Asset Under Management Black Boulder Capital Capai Rp1,2 Triliun
Contoh portofolio Black Boulder Capital adalah Mixology, salah satu merek F&B di sejumlah kota seperti Jakarta, Lampung, Bali dan Surabaya
Editor: Eko Sutriyanto
Setelah empat tahun di Amerika, lulusan Seattle University dengan Cum Laude ini pun kembali ke Indonesia.
Tidak ingin bergantung di bawah bisnis keluarganya di Surabaya, Timothy lalu merantau ke ibu kota Jakarta.
Dengan modal Rp 1 miliar, tabungan dari hasil usahanya selama di Amerika, Timothy pun menjadi investor kecil-kecilan.
Sayangnya, perusahaan dimana dirinya menjadi investor, semuanya gagal sehingga dia mengalami kebangkrutan di usia 23 tahun.
Namun dengan kegigihannya, dia memulai kembali, kali ini dengan dukungan dari teman-teman dekatnya, mengelola uang mereka dan memutarnya di dunia money market.
Terobosannya tidak sia-sia. Sejumlah teman mempercayakan modalnya untuk dikeola, dari kisaran Rp 25 juta hingga 50 juta.
Hingga kini banyak teman-temannya mempercayakan miliaran rupiah, untuk diputar di sektor riil.
"Uangnya diinvestasikan ke perusahaan-perusahaan yang sudah berjalan. Di bawah kita ada 15 perusahaan dan BBC menjadi pemilik saham pasif atau hanya sebagai advisor semi pasif," ucapnya.
Kendati demikian, mereka juga siap menjadi pemilik saham aktif.
Salah satunya adalah proyek Premium Outlet di kawasan Soewarna di Bandar Udara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten.
Black Boulder Capital akan bekerja sama dengan Presiden Direktur Prestige Image Motors, Rudi Salim.
"Dan, jika berjalan sesuai timeline, pada 2021 areal seluas 14 ribu meter persegi itu sudah bisa dibuka. Premium Outlet itu akan menjadi yang pertama di Indonesia," katanya.
Di Indonesia banyak factory outlet, misalnya di Bandung untuk merek market menengah ke bawah.
Di luar negeri banyak konsep di mana premium outlet mempunyai tenant-tenant merek premium.