Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Baru Bediri 2 Tahun, Asset Under Management Black Boulder Capital Capai Rp1,2 Triliun

Contoh portofolio Black Boulder Capital adalah Mixology, salah satu merek F&B di sejumlah kota seperti Jakarta, Lampung, Bali dan Surabaya

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Baru Bediri 2 Tahun, Asset Under Management Black Boulder Capital Capai Rp1,2 Triliun
istimewa
CEO Black Boulder Capital (BBC), Timothy Tandiokusuma 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Baru dua tahun didirikan, bisnis private equity bernama Black Boulder Capital (BBC) saat ini telah memiliki 15 perusahaan dengan total asset under management mencapai Rp 1,2 triliun.

CEO BCC, Timothy Tandiokusuma menyatakan, dari 15 perusahaan itu, pihaknya tengah mengembangkan beberapa merek yang unggul di bidang masing-masing.

Contoh portofolio Black Boulder Capital adalah Mixology, salah satu merek F&B yang sedang tren di sejumlah kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Lampung, Bali dan Surabaya.

“Kami ikut saham mixology di Bali dan Surabaya. Dalam waktu dekat, bisnis ini akan membuka outlet baru di beberapa kota lain lagi, dan kami berencana untuk ikut,” kata Timothy saat peresmian kantor baru BBC di Jakarta, Senin (13/1/2020).

Timothy menjelaskan, setelah Holywings menempati urutan pertama sebagai tempat hang out modern kawula muda, di urutan berikutnya adalah Mixology.

Baca: 5 Fakta Unik Vietnam, Jangan Kaget Lihat Banyak Rumah Kecil Bertingkat Tinggi

Baca: 10 Manfaat Durian dan Cara Memilih Buah yang Matang, Manis, serta Berdaging Tebal

Baca: Penuhi Kebutuhan Masyarakat Cibubur dalam Bersepeda

“Proyek yang kami pilih umumnya perusahaan yang sudah punya track record baik. Ketika mereka memulai proyek baru, kita ikut di situ, sehingga meminimalisasi risiko kegagalan,” katanya.

Perusahaan private equity yang dikelolanya juga mempunyai saham di sebuah merek nail dan bulu mata ‘Joanne Studio’.

Berita Rekomendasi

Joanne adalah merek eyelash extension terbesar di Indonesia yang memiliki 33 cabang di lebih dari 10 kota.

Selain itu, perusahaannya banyak bergerak di industri money market.

"Kami juga berinvestasi di dunia saham, komoditas dan derivatif. Kami berinvestasi di saham Amerika dan Indonesia," ujar Timothy.

Di usianya yang masih muda, Timothy cukup berhasil dalam mengelola perusahaannya.

Baca: Viral di Medsos Cara Unik Orang Korea Selatan Membuka Durian, Lebih Mudah dan Praktis?

Baca: Saat Ini Permasalahan Violent Extremism Menjadi Masalah yang Sangat Aktual kata Suhardi Alius

Baca: 5 Fakta Unik Vietnam, Punya Sistem Lalu Lintas yang Rumit hingga Julukan untuk Warganya

Dia menyebutkan, sejak usia 17 tahun, ketika berkuliah di Seattle University, Timothy  memulai bisnis pertamanya yaitu perusahaan majalah yakni Vuelto Magazine, majalah berbahasa Indonesia di Seattle.

Selama di Amerika, dia juga merambah bisnis impor kopi Indonesia.

"Di Amerika ada banyak distributor. Kita mempunyai perusahaan di Amerika dan mengimpor kopi dari Indonesia," kata pemuda yang memilih drop out dari University of Washington, salah satu universitas terbaik di dunia.

Setelah empat tahun di Amerika, lulusan Seattle University dengan Cum Laude ini pun kembali ke Indonesia.

Tidak ingin bergantung di bawah bisnis keluarganya di Surabaya, Timothy lalu merantau ke ibu kota Jakarta.

Dengan modal Rp 1 miliar, tabungan dari hasil usahanya selama di Amerika, Timothy pun menjadi investor kecil-kecilan.

Sayangnya, perusahaan dimana dirinya menjadi investor, semuanya gagal sehingga dia mengalami kebangkrutan di usia 23 tahun.

Namun dengan kegigihannya, dia memulai kembali, kali ini dengan dukungan dari teman-teman dekatnya, mengelola uang mereka dan memutarnya di dunia money market.

Terobosannya tidak sia-sia. Sejumlah teman mempercayakan modalnya untuk dikeola, dari kisaran Rp 25 juta hingga 50 juta.

Hingga kini banyak teman-temannya mempercayakan miliaran rupiah, untuk diputar di sektor riil.

"Uangnya diinvestasikan ke perusahaan-perusahaan yang sudah berjalan. Di bawah kita ada 15 perusahaan dan BBC menjadi pemilik saham pasif atau hanya sebagai advisor semi pasif," ucapnya.

Kendati demikian, mereka juga siap menjadi pemilik saham aktif.

Salah satunya adalah proyek Premium Outlet di kawasan Soewarna di Bandar Udara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten.

Black Boulder Capital akan bekerja sama dengan Presiden Direktur Prestige Image Motors, Rudi Salim.

"Dan, jika berjalan sesuai timeline, pada 2021 areal seluas 14 ribu meter persegi itu sudah bisa dibuka. Premium Outlet itu akan menjadi yang pertama di Indonesia," katanya.

Di Indonesia banyak factory outlet, misalnya di Bandung untuk merek market menengah ke bawah.

Di luar negeri banyak konsep di mana premium outlet mempunyai tenant-tenant merek premium.

"Namun ketika barang-barang itu tidak lagi dipakai lantaran telah lewat musim atau defect atau dari pabrik bermasalah sehingga mereka tidak bisa menjual ke toko-toko ini, mereka menjualnya ke premium outlet. Premium inilah yang akan menjadi project plan kita," katanya.

Timothy optimis membangun perusahaan di bidang private equity. Diakuinya, saat ini masih ada tantangan yang harus dilewati. Salah satunya, kepercayaan perusahaan atau group untuk menanamkan asetnya pada Black Boulder Capital.

"Kami tahu, kami masih muda. Ini menjadi tantangan bagi kami jika masih ada yang belum mengenal dan percaya pada kami. Namun, apapun yang diberikan pada kami, akan kami tekuni," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas