ISED: Digitalisasi Bisa Menjual Pariwisata di Desa
Perkembangan ekonomi digital masih akan pesat mencapai 32 persen pertahun menurut ' kajian yang sama dari 2015 hingga 2025.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Institute of Social Economic and Digital (ISED) mengungkapkan ekonomi digital berkembang pesat di Indonesia dengan nilai penjualan sekitar Rp 500 triliun, atau sekitar 4 persen dari PDB pada 2019.
Pertumbuhannya sendiri 49 persen per tahun sejak 2015-2019 menurut kajian Temasek, Google dan Bain Company 2019 dan merupakan yang tercepat di ASEAN.
Pertumbuhan tercepat disanding oleh e-commerce sebesar 88 persen per tahun dan transportasi online tumbuh 57 persen per tahun pada periode yang sama.
"Perkembangan ekonomi digital yang maju di kota-kota besar dapat dilihat pada maraknya e-commerce, seperti Gojek dan Grab, OYO dan Airy Room serta Coworking Space yang tumbuh pesat," tutur Founder ISED Sri Adiningsih saat acara ISED Series Outlook Digitalisasi Indonesia 2020 di Sarinah, Jakarta, Rabu (15/1/2020).
Ekonomi digital juga mulai menggeliat di kota-kota kecil, daerah dan luar Pulau Jawa.
Transportasi online, e-commerce, aplikasi penyewaan penginapan seperti Airbnb, juga usaha-usaha jasa titipan melalui media online (Jastip) mulai berkembang di berbagai daerah.
Perkembangan ekonomi digital masih akan pesat mencapai 32 persen pertahun menurut ' kajian yang sama dari 2015 hingga 2025.
Dimana e-commerce masih akan tumbuh 48 persen, online media 31 persen, transportasi online 34 persen rata-rata pertahun pada periode yang sama.
"Perkembangan ekonomi digital akan semakin cepat di kota-kota kecil, pedesaan dan luar Jawa pada masa mendatang. Untuk itu perlu respons dan antisipasi dari pemerintah pusat dan daerah agar perkembangan ekonomi digital didukung dan diatur agar bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja serta aman bagi masyarakat," terang Sri.
Indonesia sendiri termasuk negara dengan pengguna internet terbanyak dan pengguna media social teraktif.
Hal ini juga dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan tujuan wisata baru yang ada di desa dan dikelola oleh penduduk desa untuk memdatangkan kesejahteraan bagi masyarakat.
"Digitalisasi ini juga bisa digunakan untuk menjual situs atau wisata di desa-desa melalui medsos maupun website," ungkap Founder sekaligus Ekonom Universitas Gajah Mada tersebut.