Harga Minyak Mentah Brent Naik Lebih Dari 32 Dolar AS Per Barel, Pertama Kali Sejak 14 April
Menurut Market Data, harga minyak mentah Brent telah naik lebih dari 32 dolar AS per barel untuk kali pertama sejak 14 April lalu.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Awal pekan ini harga minyak mentah turun dipicu oleh kekhawatiran terhadap kelebihan kapasitas penyimpanan dan risiko babak baru terkait perang tarif antara Amerika Serikat (AS)-China.
Dalam beberapa bulan terakhir, pasar minyak global terguncang pengaruh pandemi virus corona (Covid-19).
Menurut Market Data, harga minyak mentah Brent telah naik lebih dari 32 dolar AS per barel untuk kali pertama sejak 14 April lalu.
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (7/5/2020), pada pukul 00.49 waktu Moskwa, harga Brent untuk kontrak berjangka Juli telah meningkat sebesar 17,9 persen, hingga mencapai 32,06 dolar AS per barel.
Baca: DPR Bingung, Kemenhub Buka Kembali Layanan Transportasi, Padahal Kasus Corona Masih Tinggi
Sementara harga kontrak berjangka untuk minyak West Texas Intermediate (WTI) pada pukul 00.52 waktu Moskwa naik sebesar 24,28 persen menjadi 25,34 dolar AS.
Di tengah perjuangan pasar minyak global untuk mengatasi krisis yang disebabkan corona, Kementerian Keuangan Rusia memperkirakan harga minyak rata-rata sekitar 30 dolar AS per barel pada tahun 2020.
Baca: Viral Video ABK Asal Indonesia Bekerja di Kapal Ikan China, Meninggal Jenazahnya Dibuang ke Laut
Angka itu pun diharapkan akan sedikit meningkat pada 2021 mendatang.
Seperti yang disampaikan Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov dalam sebuah wawancara dengan harian bisnis Vedomosti.
"Perkiraan tahun ini, kami mengharapkan sekitar 30 dolar AS per barel (rata-rata untuk tahun ini), tahun berikutnya (kami harap) sedikit lebih meningkat," kata Siluanov.
Saat negara-negara di dunia mengumumkan rencana untuk secara bertahap mencabut pemberlakuan sistem penguncian (lockdown) dalam bagian dari upaya pencegahan penyebaran virus corona, optimisme telah meningkat di kalangan investor.
Meskipun harga minyak merosot pada awal pekan karena adanya kemungkinan babak baru perang tarif antara AS-China.
Perlu diketahui, kesepakatan OPEC + yang diadopsi sebelumnya, telah mempertimbangkan opsi pengurangan produksi terhadap minyak global yang mulai diberlakukan pada 1 Mei 2020.
Di bawah kesepakatan itu, para penandatangan telah berkomitmen untuk memangkas produksi sebesar 23 persen sepanjang Mei hingga Juni.
Kemudian sebesar 18 persen sepanjang Juli hingga Desember, lalu setelahnya sebesar 14 persen hingga April 2022.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.