Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Percepat Pemulihan Ekonomi Pasca Corona, Pemerintah Harus Perkuat Grand Design Sektor Perikanan

sektor ini mempunyai potensi kontribusi yang besar untuk mempercepat pemulihan ekonomi pasca wabah Covid-19.

Editor: Sanusi
zoom-in Percepat Pemulihan Ekonomi Pasca Corona, Pemerintah Harus Perkuat Grand Design Sektor Perikanan
TRIBUN JATENG/TRIBUN JATENG/HERMAWAN HANDAKA
Pandemi virus corona Covid-19 mengubah banyak hal, tidak terkecuali nasib para nelayan dan pembudidaya ikan. Sejumlah kapal barang dan kapal nelayan tampak bersandar di Pelabuhan Rakyat Tanjung Emas Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (08/05/20). Dampak pandemi yang paling dirasakan di sektor perikanan yaitu harga ikan yang turun drastis mencapai hampir 50 persen di Jawa Tengah. Hal ini tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan saat melaut. Mereka harus berjibaku dengan cuaca perubahan musim yang tak bersahabat dan harga hasil laut yang jatuh. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPR-RI Rachmat Gobel meminta pemerintah agar lebih memperkuat grand design pengembangan sektor perikanan dan hasil laut agar potensi yang ada bisa digarap secara optimal untuk meningkatkan ekonomi rakyat dan sekaligus memperkuat ketahanan pangan.

Langkah ini menjadi sangat penting karena sektor ini mempunyai potensi kontribusi yang besar untuk mempercepat pemulihan ekonomi pasca wabah Covid-19.

“Potensi sektor perikanan kita sangat besar, menurut data bisa mencapai lebih 60 juta ton per tahun, baik dari penangkapan maupun budi daya. Oleh karena itu kita perlu perbaiki grand design kebijakan pengembangan sektor perikanan agar dapat berkontribusi signifikan dalam upaya mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi korona ini,” kata Rachmat dalam keterangannya, Minggu (17/5).

Sebagai salah salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, Indonesia mempunyai potensi perikanan sampai 67 ton per tahun, baik yang berasal dari ikan tangkap maupun ikan budi daya.

Potensi produksi lestari Maximum Sustainable Yield (MSY) mencapai 10 juta ton per tahun, dimana potensi tangkap laut sekitar 9 juta ton dan perikanan tangkap di perairan darat (danau, sungai, waduk, dan rawa) sekitar 1 juta ton per tahun.

Sisanya, sekitar 57 juta ton per tahun adalah potensi perikanan budidaya, baik budidaya laut (marineculture), budidaya perairan payau (tambak), maupun budidaya perairan tawar (darat).

“Dengan potensi tersebut, sektor perikanan harus bisa menjadi salah satu tumpuan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, baik melalui proses peningkatan nilai tambah hasil produksi nelayan maupun lewat penyerapan lapangan kerja,” katanya.

BERITA TERKAIT

Namun, lanjut Rachmat, dari pengamatan dan data yang ada, sektor ini masih menghadapi banyak masalah sehingga potensi ekonominya tidak bisa dimaksimalkan untuk kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Salah satunya adalah ketidakmampuan melakukan kegiatan perikanan yang lestari.

“Kondisi dan peraturan saat ini belum mendorong sepenuhnya pelaku di sektor ini untuk taat azas dalam menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan memperhatikan zonasi tata ruang. Dampaknya, terjadi pencemaran lingkungan di kawasan lindung dan melanggar batasan zona penangkapan ikan,” ujar dia.

Hal itu terjadi, antara lain karena zonasi pelaku perikanan dan nelayan masih terkonsentrasi di satu titik, khususnya Jawa. Oleh karena itu harus ada kebijakan migrasi bagi pelaku sektor perikanan dari zona jenuh ke wilayah yang lebih luas dan besar potensi tangkapnya.

“Tidak mudah, namun harus dilakukan dengan kebijakan yang taktis dan strategis. Artinya, migrasi dilakukan dengan mengeliminir potensi konflik etnis dan kelompok,” ujar Rachmat.

Rachmat juga menekankan, salah satu kendala pengembangan sektor perikanan adalah lemahnya keberadaan fungsi penyangga baik di sisi produksi maupun pemasaran.

“Saya melihat, dengan bekerjasama dengan berbagai stakeholder, pemerintah mempunyai peluang besar untuk memperkuat fungsi penyangga ini. Jadi pemerintah tidak perlu khawatir untuk memperkuat fungsi ini,” kata Rachmat.

Baca: Pemerintah Diharapkan Respons Kebutuhan Kaum Difabel yang Terdampak Pandemi Covid-19

Baca: Aplikasi Ini Sediakan Pengingat Waktu Salat, Adzan dan Arah Kiblat Paling Akurat

Intinya, dari sisi hulu pemerintah bisa menyediakan sarana produksi, seperti alat tangkap ramah lingkungan, BBM, dan mesin kapal dengan jumlah yang memadai, serta sesuai karakteristik wilayah. Semua itu harus disediakan dengan pendanaan dari lembaga terkait dengan harga jual yang terjangkau.

Di sisi hilir, fungsi penyangga ini harus menjamin pemasaran bagi hasil tangkap nelayan untuk bisa mengembalikan modal dan biaya hidup layak. Fungsi penyangga ini sangat penting agar harga ikan tidak terlalu fluktuatif, yakni di saat paceklik produksi tangkap harga melambung dan saat panen harga hancur.

“Selama ketersediaan sarana produksi tidak terjamin dan harga ikan sangat fluktuatif, maka nelayan tidak akan pernah keluar dari kemiskinan. Potensi kemaritiman di seluruh wilayah Indonesia tidak akan tergarap secara merata,” katanya.

Berita Ini Sudah Tayang di KONTAN, dengan judul: Rachmat Gobel: Percepat pemulihan ekonomi, grand design perikanan mesti diperkuat

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas