Maskapai Penerbangan Global di Ambang Kebangkrutan, Ratusan Ribu Karyawan Siap-siap Kena PHK
"Para pekerja industri penerbangan kini dibayangi 'tsunami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)'," kata Strutton
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Sejumlah maskapai penerbangan bertarif rendah Eropa juga menekan otoritas bandara untuk memangkas biaya sebagai imbalan bagi mereka dalam melanjutkan penerbangan.
Wizz Air, Ryanair, dan EasyJet dilaporkan telah menuntut diterapkannya diskon biaya jangka panjang atau keringanan dari pihak bandara.
Pandemi corona memang telah menyebabkan penurunan pendapatan sebesar 96 persen terkait lalu lintas perjalanan udara di Amerika Serikat (AS).
Maskapai AS pun tidak diizinkan untuk menerapkan PHK apa pun sebagai syarat dari paket bailout sebesar 25 miliar dolar AS yang diberikan pemerintah federal kepada mereka.
Namun, larangan tersebut hanya berlaku hingga 30 September mendatang.
United Airlines telah mengatakan kepada staf mereka bahwa rencana pemangkasan hingga 30 persen pekerjaan itu akan mulai berlaku pada 1 Oktober 2020.
Menurut laporan, sepertiga dari 12.250 pilot United Airlines kemungkinan harus meninggalkan perusahaan.
Maskapai lainnya, termasuk Delta, juga telah memperingatkan akan adanya PHK dalam beberapa waktu ke depan.
Sekitar 100.000 karyawan di empat maskapai utama AS juga telah setuju untuk mengambil pemotongan gaji atau cuti yang tidak dibayar selama sembilan bulan.
American Airlines mengumumkan pada Kamis kemarin bahwa pihaknya berencana untuk memangkas 30 persen dari jumlah staf manajemen dan pendukungnya.
Di antara maskapai global lain yang berencana memangkas karyawan mereka, Qatar Airways yang terbang ke lebih dari 170 tujuan, telah memperingatkan akan adanya 'redundansi' yang substansial di tengah jatuhnya permintaan untuk perjalanan udara.
Sementara itu, Grup AirAsia sebelumnya berjanji untuk menjaga semua karyawannya di tengah krisis penerbangan global, meskipun 96 persen dari armadanya saat ini digrounded.
Industri penerbangan telah menjadi salah satu industri yang paling terpukul pandemi corona.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperingatkan bahwa pandemi corona akan mengakibatkan hilangnya pendapatan hingga 314 miliar dolar AS.
Baca: Auto2000 Siapkan Potongan Harga Hingga Rp 100 Juta untuk Pembelian Mobil Baru Toyota