Rupiah Diprediksi Terkerek Hasil Rapat The Fed
The Fed mengatakan tidak akan menaikkan suku bunga dan tetap mendukung pembelian obligasi hingga 2022.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, hasil rapat moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Fed dini hari tadi bakal menjadi penggerak untuk rupiah hari ini.
Dia menjelaskan, The Fed mengatakan tidak akan menaikkan suku bunga dan tetap mendukung pembelian obligasi hingga 2022.
"Pernyataan ini mengindikasikan ekonomi AS masih akan melemah dalam waktu yang cukup lama," ujarnya di Jakarta, Kamis (11/6/2020).
Baca: IHSG Masih Berpeluang Melemah, Cermati Sejumlah Saham Ini
Pernyataan ini memberikan tekanan untuk dolar AS, sehingga ini berpotensi mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS pagi ini.
Tapi di sisi lain, pernyataan the Fed ini menyiratkan ekonomi global tidak akan pulih seperti sebelum wabah dalam waktu dekat.
Selain itu pasar mewaspadai gelombang kedua di negara yang sudah membuka ekonominya di tengah pandemi dan di Indonesia, tingkat penambahannya malah semakin naik yang berpotensi memperketat kembali aktivitas ekonomi.
"Ini bisa memberikan sentimen negatif ke aset berisiko," kata Ariston.
Dengan sentimen di atas, rupiah diperkirakannya masih bisa menguat ke kisaran Rp 13.800 dengan potensi pelemahan ke area Rp 14.100.