Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

PDB Indonesia Bisa Turun Lebih Dalam di Triwulan II-2020

Ekonom DBS Group Research Radhika Rao mengamati ini adalah pertumbuhan terlemah sejak akhir 2001 dan lebih dalam ketimbang perlambatan pasca-GFC.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
zoom-in PDB Indonesia Bisa Turun Lebih Dalam di Triwulan II-2020
Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha
Suasana persiapan di Mangga Dua Square, Pademangan, Jakarta Utara, jelang pembukaan kembali di era new normal (normal baru), Sabtu (13/6/2020). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produk domestik bruto (PDB) Indonesia di triwulan I menandai awal lemah tahun 2020 karena pertumbuhan melambat jadi 3 persen yoy (5 persen pada 2019).

Ekonom DBS Group Research Radhika Rao mengamati ini adalah pertumbuhan terlemah sejak akhir 2001 dan lebih dalam ketimbang perlambatan pasca-GFC.

"Lebih banyak indikator (perlambatan) ekonomi disebabkan ekspor April, penjualan ritel, kepercayaan konsumen, indeks PMI, impor barang modal, dan lain-lain. Cenderung rendah pada April dan kemungkinan Mei," kata Radhika dalam keterangannya, Selasa (16/6/2020).

"Dengan begitu, penurunan pada triwulan II-2020 akan lebih dalam sebelum terjadi tren berubah di semester kedua," tambah dia.

Radhika mengumpulkan beberapa data frekuensi tinggi dalam grafik data Google bahwa terjadi kenaikan harga menjelang minggu ketiga Mei.

Baca: Faisal Basri: New Normal Berpotensi Naikkan Kasus Covid-19 di Pertengahan Juli

"Ini kemungkinan dipengaruhi oleh Idul Fitri. Setelah itu, pergerakan harga menurun," jelasnya.

Berita Rekomendasi

Faktor lainnya yakni penjualan sepeda motor turun lebih dari 70 persen pada April, Mei masih tetap lemah, Juni tidak terlalu negatif.

Baca: Ditolak MUI, Mahfud MD Pasang Badan Jika Ada yang Ganti Pancasila dengan Komunis di RUU HIP

Sebelumnya, kebijakan fiskal pemerintah antara lain bantuan ekonomi melalui pengeluaran biaya perawatan kesehatan lebih tinggi, perluasan cakupan skema kesejahteraan, keringanan pajak, dan lainnya.

Baca: KPK Dalami Dugaan Hubungan Spesial Istri Nurhadi dengan Pegawai MA

Selain dua paket fiskal pertama senilai Rp33,2 triliun, paket tambahan sebesar Rp 405 triliun telah direncanakan, yang hingga saat ini telah diperluas menjadi Rp677,2 triliun (4,2 persen).

Adapun target defisit juga dinaikkan menjadi -6,34 persen dari PDB dibandingkan dengan di bawah -3 persen dari PDB tahun 2019.

Baca: Wajah Pilot Jet Tempur TNI AU yang Jatuh di Riau Diolesi Salep

"Revisi ini lebih rendah terhadap ramalan resmi pemerintah, yang sebesar 2,3 persen (-0,4 persen kemungkinan terburuk), mungkin membutuhkan dorongan siklus fiskal penyeimbang, dan dengan demikian semakin memperlebar defisit," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas