Transformasi Dunia Usaha, Solusi Hadapi Krisis
Pakar manajemen bisnis Universitas Indonesia Profesor Rhenald Kasali menilai, saat ini berbagai dunia usaha sudah melakukan transformasi.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Malvyandie
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar manajemen bisnis Universitas Indonesia Profesor Rhenald Kasali menilai, saat ini berbagai dunia usaha sudah melakukan transformasi.
Transformasi tersebut sesuai dengan pesan Presiden Joko Widodo dan merupakan solusi agar bisa bertahan dan bahkan lebih kuat saat menghadapi krisis akibat pandemi COVID-19.
Pada pidato kenegaraan, 14 Agustus 2020, Presiden Jokowi memang berpesan bahwa krisis seharusnya menjadi momentum untuk bertransformasi.
Transformasi tidak hanya diarahkan pada sektor kesehatan, tetapi juga pendidikan, ekonomi, hukum, pemerintahan, dan sebagainya. Transformasi tidak hanya pada program, tetapi juga cara kerja yang efisien, fleksibel dengan memprioritaskan pendekatan teknologi.
“Dengan demikian, semangat transformasi dunia usaha pun sejalan dengan pesan Presiden. Berbagai tansformasi digital, misalnya, merupakan jawaban, mengapa inflasi tetap rendah meski kita berada dalam krisis,” kata Rhenald di Jakarta hari ini, Selasa (18/8/2020).
Seperti pesan Presiden, krisis memang menjadi momentum untuk bertransformasi. Karena krisis, lanjut Rhenald, pada dasarnya meruapakan energi besar diberikan Tuhan kepada manusia untuk transformasi.
“Itu energi besar. Ada yang melihat sebagai ancaman, ada yang memanfaatkan dengan perlawanan, menghujat, membangun gerakan perlawanan, dan sebagainya. Tetapi, ada sebagian yang menggunakan sebagai energi perubahan,” jelas Rhenald.
Perubahan tersebut dapat dilihat, ketika ketika berbagai sektor sudah beralih pada penggunaan pendekatan online atau digital.
Bahkan dalam dunia medis, praktik dokter pun sekarang sudah bisa melakukan telemedivid. Sedangkan pada dunia usaha, adalah maraknya toko online, yang berkontribusi pula agar produksi rumah tangga ikut berjalan.
“Itu semua adalah transformasi, termasuk penggunaan kekuatan digital. Kalau ada perusahaan besar tidak bertransformasi, nanti pada setiap krisis pasti akan ada merger dan akuisisi karena tidak kuat dengan kondisi keuangannya dan struktur biaya yang menjadi mahal,” jelasnya.
Salah satu contoh, terkait dengan transformasi yang dilakukan PT Gunung Raja Paksi.
Rhenald setuju bahwa transformasi produsen baja nasional tersebut sangat krusial dan membuat perusahaan menjadi lebih sustain.
Bukan hanya ketika perusahaan tersebut memutuskan untuk dikelola lebih profesional, setelah sekitar 50 tahun menjadi perusahaan keluarga. Tetapi, juga saat PT GRP dikelola lebih transparan dan akuntabel setelah initial public offering (IPO) pada September 2019, serta transformasi digital setelah menggandeng IBM dan SAP Indonesia.
“Dikelola secara profesional akan membuat perusahaan lebih sustain dan lebih berjangka panjang. Ini berbeda jika perusahaan dikelola secara keluarga, karena emosi sumberdaya yang terbatas. Dan yang pasti, transformasi perusahaan baja tersebut juga sejalan dengan pesan Presiden untuk keluar dari krisis,” jelas Rhenald.
PT GRP Tbk memang gencar melakukan transformasi. Transformasi dilakukan, untuk mempertahankan posisi PT GRP Tbk sebagai produsen baja kelas dunia dan sebagai yang terdepan di industri ini.
Anak perusahaan Gunung Steel Group tersebut, saat ini mempunyai kapasitas produksi sebesar 2,8 juta ton baja per tahun atau sekitar 12 persen dari kapasitas produksi baja nasional.