Harga Anjlok Jadi Rp 10 Ribu Per Ekor, Peternak Ayam Demo Kementan
Sugiono mengatakan hingga saat ini Kementan masih terus menindaklanjuti aspirasi dari para peternak.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ratusan peternak ayam berunjuk rasa di depan gedung Kementerian Pertanian (Kementan) RI di Jalan RM Harsono, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (1/9/2020).
Pantauan Tribun, massa aksi membawa sejumlah atribut berupa bendera dan spanduk.
Saat melakukan aksi unjuk rasa, massa peternak juga membawa ratusan ekor ayam boiler.
Baca: Tips Membuat Ayam Kremes Tetap Renyah Walau Sudah Dingin, Semudah ini Ternyata
Ayam-ayam boiler itu kemudian dibagikan kepada pengendara yang melintas di Jalan RM Harsono menuju Taman Margasatwa Ragunan.
Dalam demonstrasi tersebut, massa peternak meminta pemerintah menstabilkan harga ayam hidup.
Seorang peternak sekaligus koordinator aksi Sugeng Wahyudi mengatakan, saat ini harga ayam hidup di tingkat peternak tengah anjlok.
Rata-rata harian harga konsumen komoditas pasar di Jakarta mengalami beberapa kenaikan dan penurunan. Harga dibandingkan dengan harga pada hari sebelumnya.
Untuk harga ayam broiler atau ras mengalami penurunan sebesar Rp82 menjadi Rp35.394 per ekor untuk harga tertinggi berada di Pasar Pondok Labu dengan harga Rp45.000 per ekor dan harga terendah berada di Pasar Pluit dengan Rp25.000 per ekor.
Baca: Jangan Tergoda Murahnya, Jauhi dan Hindari Beli Nugget Ayam dengan Ciri Ciri Ini
Telur ayam ras mengalami kenaikan sebesar Rp45 menjadi Rp24.937 per kilogram, untuk harga tertinggi berada di Pasar Pluit dengan harga Rp32.000 per kilogram, dan harga terendah berada di Pasar Minggu dengan Rp23.000 per kilogram. Sedangkan untuk harga ayam ditingkat peternak menjadi Rp 10.000.
"Tuntutannya sudah pasti harga ayam di atas biaya pokok produksi," kata Sugeng di lokasi.
Selain itu, lanjut dia, para peternak berharap pemerintah meningkatkan pengawasan terhadap harga jual ayam.
"Perbaiki dulu hulunya, baru ke hilir. Bisnis ayam berkembang pesat, tapi mengesampingkan kehidupan peternak," ujarnya.
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Sugiono menjelaskan pihaknya terus berjuang agar harga ayam peternak rakyat kembali membaik.
Sugiono mengatakan hingga saat ini Kementan masih terus menindaklanjuti aspirasi dari para peternak.
Sesuai instruksi dari Mentan pihaknya konsisten memperjuangkan kendala para peternak.
Permentan Nomor 32 tahun 2017 tentang penyediaan, peredaran dan pengawasan ayam ras serta telur konsumsi disusun untuk melindungi peternak rakyat mandiri.
"Permentan 32 disusun melingkupi semua aspek. Tidak ada lagi kuota-kuota sehingga semua integrator akan mendapat bagian hilir.
Jadi pemerintah hingga saat ini masih terus berjuang untuk kesejahteraan peternak. Kita secara serius konsisten menangangani aspirasi para peternak," jelasnya.
Lebih lanjut, Sugiono mengatakan Kementan sudah menetapkan program kerja hingga Desember 2020. Di mana dalam program yang sudah disusun, Kementan melalui Direktorat PKH mengutamakan keberlangsungan peternak skala kecil.
"Kementan akan melakukan berbagai cara untuk membela para peternak. Kami masih berusaha namun ini perlu waktu. Kita masih terus berupaya supaya semua peternak mandiri untung bukan rugi," tuturnya.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyarankan peternak unggas khususnya ayam yang sebagian besar adalah UMKM untuk berkoperasi.
Menurutnya, koperasi bisa membuat peternak unggas mencapai skala bisnis serta lebih efisien dalam proses produksinya.
"Peternak ayam yang umumnya UMKM merupakan salah satu motor penggerak ekonomi rakyat. Pemerintah berkomitmen melindungi dan membantu mereka untuk bisa tumbuh melalui koperasi, karena saat ini peternak perorangan atau skala kecil akan susah bersaing di pasar," ujar Menkop.
Teten memberi contoh negara Belanda dan Selandia Baru memperkuat agribisnisnya dengan cara berkoperasi.
“Memperkuat koperasi peternakan, termasuk perunggasan memang harus dilakukan agar usaha mereka dapat lebih berkembang,” jelasnya.
Teten melihat, potensi pasar bagi UMKM peternak ayam kampung, masih sangat besar. Sebagai sumber protein hewani, konsumsi perkapita ayam di Indonesia tercatat 12 -13 kilogram perkapita pertahun, yang masih lebih rendah dibanding Malaysia yang mencapai 38-40 kg/tahun.
Menurutnya, peningkatan konsumsi ayam ini juga dapat memacu penyerapan ayam peternak rakyat yang berlimpah.Untuk itu apabila peningkatan konsumsi dapat terealisasi dengan baik, maka dampaknya bakal menstabilisasi kembali harga ayam peternak.
Ketua Umum Koperasi Pinsar Indonesia, Singgih Januratmoko mengatakan, selama ini peternak unggas yang mandiri sulit menghadapi persaingan dengan konglomerasi peternakan.
"Maka membentuk koperasi mulai dari primer, sekunder dan induk saat ini sudah keharusan jika peternak mandiri maju menjalankan usahanya. Kami berharap koperasi ini bisa jadi alternatif bagi induatri perunggasan di tanah air, ujar Singgih yang juga anggota Komisi VI DPR RI tersebut.(Tribun network/nas/wly)