Menteri ESDM Yakinkan Perlunya Transisi Energi, Ini Alasannya
Arifin Tasrif menegaskan, perlunya mempercepat transisi energi guna menjaga ketahanan dan kemandirian nasional.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan, perlunya mempercepat transisi energi guna menjaga ketahanan dan kemandirian nasional.
Arifin menilai saat ini pemanfaatan energi masih banyak mengandalkan energi berbasis fosil, sebagian di antaranya masih disubsidi dan berasal dari impor.
"Kita lihat misalnya LPG yang menjadi kebutuhan utama untuk konsumsi di sektor rumah tangga," katanya saat agenda virtual Potret Energi Indonesia, Rabu (21/10/2020).
Menurutnya, ke depan hal ini akan menjadi tantangan berat pemerintah jika tidak segera dilakukan substitusi sumber energi yang berasal dari dalam negeri untuk menciptakan neraca perdagangan yang seimbang.
Baca juga: Wamen BUMN Ungkap Sektor Energi Paling Kena Dampak Pandemi Covid-19
"Sumber daya energi minyak dan gas bumi memang masih terbilang cukup banyak tetapi sumber energi tersebut belum sepenuhnya dapat dikonversi menjadi cadangan," urai dia.
Jumlah cadangan minyak Indonesia tersisa 3,77 miliar barel atau 0,2 persen dari cadangan dunia, cadangan gas bumi masih lebih baik yakni 77 triliun kaki kubik atau 1,05 persen dari cadangan dunia, dan batu bara 37,6 miliar ton.
Baca juga: Menlu RI: Tiga Perusahan Inggris Minat Berinvestasi di Sektor Energi Indonesia
Arifin menerangkan dengan asumsi tidak ada penemuan energi fosil yang baru maka minyak bumi akan habis dalam waktu sembilan tahun.
"Gas bumi akan habis dalam waktu 22 tahun, sedangkan batu bara habis 65 tahun," tutur dia.
Menteri ESDM menegaskan lagi bahwa transisi energi mutlak diperlukan untuk memastikan ketahanan energi nasional di masa mendatang.
"Kita sebenarnya masih memiliki banyak sumber daya energi yang belum dieksplorasi. Inilah yang menjadi tantangan kita ke depan untuk melakukan eksplorasi yang masif," tutur mantan Dubes Indonesia untuk Jepang tersebut.