Sri Mulyani Mulai Waspada, Utang Negara Melonjak Saat Pandemi Covid-19
untuk kategori negara maju di anggota G-20 kenaikan rasio utangnya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Keuangan menyatakan, dengan adanya kebijakan fiskal countercyclical yang luar biasa diberikan oleh seluruh negara di dunia, tidak hanya G-20 membuat utang dari pemerintah semua negara mengalami kenaikan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, bahkan untuk kategori negara maju di anggota G-20 kenaikan rasio utangnya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat.
Baca juga: Mantan Menkeu Ini Kritik Jokowi Karena Terus Tambah Utang saat Wabah
"Mereka (negara maju G-20) rata-rata utang selama ini sebelum krisis (pandemi Covid-19) sudah ada di tingkat yang cukup tinggi yaitu sekira 100 persen dari PDB. Sekarang melonjak di sekira 130 persen PDB," ujarnya dalam konferensi pers 'APBN KiTa Edisi November 2020' secara virtual, Senin (23/11/2020).
Sementara, Sri Mulyani menjelaskan, rasio utang negara berkembang di G-20 juga mengalami peningkatan meski tidak sedahsyat negara maju.
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani ke Pemimpin Dunia: Pembalikan Ekonomi Masih Sangat Rapuh
"Untuk G-20 emerging country rata-rata utang mereka adalah di sekira 50 persen dari PDB. Sekarang naik menjadi hampir mendekati 60 persen atau 70 persen dari GDP," katanya.
Selain itu, rasio utang Indonesia terhadap PDB yang tadinya ada di batas 30 persen juga naik menjadi 36 hingga 37 persen terhadap PDB.
"Memang masih ada di bawah (rata-rata). Namun, itu tidak berarti kita tidak waspada, kita tetap akan terus menjaga kondisi semua hal semua hal ini supaya ekonominya tetap baik dan fiskalnya berkelanjutan," pungkas Sri Mulyani.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.