BPPK Kemenkeu: Resesi Indonesia Tidak Separah Negara Lain
laporan terbaru Dana Moneter Internasional atau IMF bahwa pertumbuhan ekonomi global tahun ini diproyeksi minus 4,4 persen.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Kementerian Keuangan Rionald Silaban mengatakan, berbagai indikator menunjukkan resesi yang dialami Indonesia masih lebih baik.
Dia menyampaikan laporan terbaru Dana Moneter Internasional atau IMF bahwa pertumbuhan ekonomi global tahun ini diproyeksi minus 4,4 persen.
Baca juga: Ketersediaan Vaksin dan Optimisme Berakhirnya Resesi Ekonomi pada 2021
"Beberapa negara maju seperti Singapura, Amerika Serikat, dan Inggris bahkan berpotensi mengalami kontraksi yang sangat mendalam berkisar minus 10 persen hingga minus 40 persen," kata Rioland dalam Webinar Pemulihan Ekonomi Nasional di Tengah Resesi, Selasa (1/12/2020).
Baca juga: Siasati Resesi, Pelaku Usaha Diajak Lebih Kreatif Ciptakan Produk Baru
"Sebaliknya Indonesia memiliki tingkat resiliensi yang cukup baik dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi di akhir tahun 2020 hanya minus 1,5 persen," tambahnya.
Sebagai catatan di antara anggota G-20, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut merupakan yang terbaik kedua setelah Republik Rakyat China (RRC).
Menurutnya, hal tersebut buah upaya dari pemerintah yang terangkum dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
"Melalui Peraturan Pemerintah Nomo 23 tahun 2020, pemerintah telah menetapkan empat langkah strategis yaitu Penyertaan Modal Negara (PMN), penempatan dana, investasi pemerintah, dan atau penjaminan," ucap pria yang juga Komisaris PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi RI yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) terkontraksi minus 3,49 persen di kuartal III 2020 (year-to-year/yoy).