Genjot Eksportir UMKM, Mendag Ingin Ciptakan Ekosistem yang Adil
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menegaskan ingin menciptakan ekosistem yang adil untuk menggenjot eksportir pelaku UMKM
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menegaskan ingin menciptakan ekosistem yang adil untuk menggenjot eksportir pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Dia menilai konsep keadilan menjadi hal yang harus diperhatikan agar UMKM bisa tumbuh saat bersaing di marketplace atau business portal internasional.
"Tidak mudah mengerjakan ini. Yang akan kita kerjakan menciptakan marketplace yang level equal playing field. Kita tidak bisa membuka marketplace kemudian terjadi kecurangan-kecurangan misalnya predatory pricing, investment dumping, dan ini sedang kita bereskan," kata Mendag saat konferensi pers virtual Ekspor Impor Januari 2021, Kamis (25/2/2021).
Baca juga: Transaksi Pasar Digital UMKM Tembus Rp 11,4 Triliun dalam 5,5 Bulan
Mendag menegaskan di awal pelaku UMKM perlu diberikan ilmu upgrading agar menjadi nilai tambah bagi produksi.
"Kita bekerjasama sekolah ekspor dan balai pengembangan kita supaya mereka mendapat enrichment," tukasnya.
Baca juga: Menristek: Inovasi Teknologi Harus Ditujukan untuk Penguatan UMKM
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah masalah pembiayaan perbankan.
Mendag menuturkan bahwa masih banyak UMKM di Indonesia menghadapi persoalan ini sehingga sulit untuk menembus pasar global.
"Saya kemarin ikut rapat untuk pengembangan KUR (Kredit Usaha Rakyat). Pada 2021 kita menyiapkan lebih dari Rp 300 triliun sehingga UMKM kita ini tidak hanya berjaya di pasar dalam negeri tapi juga dunia," terang Lutfi.
Baca juga: Biaya Logistik Mahal Kendala Utama UMKM Bersaing di Pasar Domestik
Mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) sebelumnya juga menyerukan banyak pengusaha eksportir masih dihadapkan pada rumitnya perizinan.
Padahal selepas mengurus izin pengusaha harus berjuang lagi mencari market.
"Jadi pengusaha sesudah mengurus izin mereka akan dihadapkan sulitnya mencari market. Kemudian setelah marketnya dicari bagaimana dapat dibayar oleh pembelinya," kata Lutfi.
Mendag berurai kualitas produk di Indonesia cukup menjadi catatan serius karena daya saingnya masih kalah dari negara-negara Asia lainnya.
"Perbedaan daripada kualitas karena tidak sesuai dengan yang dijanjikan, orang korea menolak untuk membayar. Begitu menolak membayar selesai ceritanya. Saya punya Dirjen pengembangan ekspor nasional, pengin tahu berapa lama bisa diselesaikan," ucap Lutfi.