Dorong Recovery di 2021, Marketeers Hangout Tekankan Konsep CIEL & Marketing 5.0
Pemasar maupun dunia bisnis tidak hanya harus kreatif dan inovatif, diperlukan kombinasi antara strategi marketing yang tepat dan progresif.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Memasuki tahun 2021, masyarakat masih diharuskan tetap menjalankan aktivitas dari rumah karena pandemi belum berakhir. Ketidakpastian kapan pandemi COVID-19 usai juga berdampak pada kondisi perekonomian Indonesia dan dunia bisnis. Namun, pemasar maupun dunia bisnis tidak boleh menyerah dengan kondisi dan situasi.
Mengutip dari pemikiran Hermawan Kartajaya, pakar marketing sekaligus Founder dan Chairman MarkPlus, Inc. terdapat empat kunci untuk bertahan selama krisis, yaitu creativity, innovation, entrepreneurship, dan leadership atau CIEL.
Artinya, pemasar maupun dunia bisnis tidak hanya harus kreatif dan inovatif, diperlukan kombinasi antara strategi marketing yang tepat dan progresif dengan jiwa entrepreneurship yang dipadukan dengan kepemimpinan yang baik. Konsep ini lah yang menjadi landasan tema masing-masing sesi yang disajikan dalam Marketeers Hangout 2021.
Editor in Chief Marketeers Iwan Setiawan, mengajak seluruh lapisan usaha untuk optimis dan menerapkan CIEL dalam implementasi bisnisnya.
“Meski terdapat optimisme pertumbuhan perekonomian nasional, tidak dipungkiri bahwa tahun ini tantangan pada dunia bisnis akan semakin berat. Strategi marketing yang baik saja tidak cukup, harus ada kombinasi antara jiwa entrepreneurship dan kepemimpinan untuk memperkuat bisnis,” ujar Iwan dalam event virtual Marketeers Hangout, Kamis (25/02/2021).
Iwan menambahkan, pada tahun ini pula pemasar harus bisa memanfaatkan teknologi untuk optimalisasi proses bisnis. Apalagi saat ini sudah memasuki era Marketing 5.0, di mana kegiatan pemasaran dituntut untuk menggunakan integrasi antara technology dengan humanity.
“Di era Marketing 5.0, perusahaan dituntut untuk bisa memanfaatkan New Tech dengan New CX. Dengan begitu, customer experience akan semakin efisien, meaningful, dan bisnis Anda dapat memberikan value lebih kepada customer. Optimalisasi bisnis dapat tercapai jika perusahaan memanfaatkan teknologi untuk kepentingan manusia (humanity),” tambah Iwan.
Optimalisasi Teknologi
Terdapat tiga sifat yang harus dimiliki oleh teknologi, yaitu personal, social, dan experiental. Pada aspek personal, teknologi harus dipersonalisasi sesuai dengan target konsumen sehingga menyajikan pengalaman yang melibatkan emosi. Tidak hanya itu, sifat personal juga dapat menumbuhkan sense of control atau menghadirkan pilihan bagi konsumen.
Kedua, teknologi bersifat sosial untuk menjembatani keinginan manusia dan mengkoneksikan manusia satu dengan yang lain. “Artinya, teknologi harus dapat menjadi sarana untuk benchmark dengan orang lain sehingga menjadi inspirasi untuk terus berkembang,” papar Iwan.
Teknologi juga harus experiental atau terbuka terhadap perbaikan. Perusahaan dituntut untuk dapat terus melakukan inovasi pada layanan maupun produk. Namun, inovasi yang repetitif dapat menjadi bumerang bagi perusahaan. Karena itu, dibutuhkan kreatifitas untuk menciptakan inovasi yang berbasis data.
“Dengan adanya ketiga sifat tersebut, adopsi teknologi dalam perusahaan dapat memaksimalkan customer experience yang berdampak pada peforma perusahaan,” tambahnya.
Wakil Presiden Driektur PT Bank Central Asia Armand Hartono menekankan, selain teknologi, perusahaan juga perlu menyeimbangkan pilar bisnis lainnya yaitu people dan process. Digitalisasi perusahaan tidak akan berarti jika people maupun process dalam perusahaan tidak dapat mendukung adopsi teknologi. Untuk menyeimbangkan ketiganya dibutuhkan kepemimpinan yang agile dan terbuka terhadap perubahan.
“Perlu diingat bahwa people merupakan produk paling penting dari perusahaan. Teknologi hanya sebagai pendukung. Ketika ketiga pilar tersebut telah selaras, teknologi pun dapat membantu proses bisnis yang lebih baik dan cepat sehingga membangun experience yang baru,” pungkas Armand.
Terakhir, Armand menuturkan bahwa salah satu tujuan dari teknologi adalah mempermudah kehidupan manusia dan membuat manusia jadi lebih agile. Di dunia pemasaran, teknologi dibutuhkan untuk membangun customer experience yang dapat menyentuh emosi manusia karena pada dasarnya manusia memerlukan empati.
“Teknologi maupun proses bisnis harus human centric. Untuk mengadopsi teknologi, pemasar harus beranjak dari keinginan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik,” tutup Armand. (*)