Kurnia Bijaksana: Trading Bitcoin Jangan Sekadar Ikut-ikutan, Lakukan Berdasarkan Data
Ada sejumlah prinsip dasar dalam analisis teknikal, untuk memprediksi harga di masa depan, berdasarkan asumsi, bahwa “sejarah seringkali berulang”
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Dan sebaliknya, jika MA50 menyilang dari atas MA yang lebih panjang, maka harga dapat dikatakan berpotensi terkoreksi," kata Kurnia.
Pelatihan itu sendiri digelar oleh Blockchainmedia.id bekerjasama dengan Chainsightnews.com, sebagai media siber berpengaruh di sektor aset kripto di Indonesia.
Animo peserta pun sangat tinggi.
Hal itu dibuktikan dengan jumlah peserta yang mencapai 128 orang, cukup tinggi bagi kelas pelatihan asset kripto secara daring.
“Pelatihan ini sendiri sangat menarik karena turut menjajal bursa aset kripto FTX.com yang didirikan dan dipimpin oleh Sam Bankman-Fried.
Di bursa itu, tak hanya aset kripto biasa yang tersedia, tetapi pula saham, misalnya Tesla dan Apple, termasuk valuta asing,” ujar Kurnia.
Sam Bankman-Fried belum lama ini didapuk sebagai orang terkaya kedua di dunia di bidang bisnis Bitcoin Cs dengan kekayaan mencapai US$ 10 milyar atau Rp Rp143 triliun, berdasarkan riset organisasi Hurun asal Tiongkok.
Saat pelatihan itu, Kurnia sempat memrediksi, bahwa harga Bitcoin berpotensi menyentuh harga puncak, yakni US$80 ribu per BTC dalam jangka panjang.
Sedangkan dalam jangka pendek, setidaknya US$63 ribu per BTC.
Sikap bullish itu pun disertai kajian fundamental, bahwa Bitcoin terus diburu oleh perusahaan-perusahaan besar.
“Kabar teranyar di antaranya adalah perusahaan MicroStrategy asal Amerika Serikat yang membeli Bitcoin senilai US$1 milyar pada Februari lalu demi melawan inflasi buruk yang mungkin datang di masa depan.
Ada lagi Tesla, pimpinan Elon Musk dengan belanja Bitcoin US$1,5 milyar,” kata Kurnia.