Pemerintah Diminta Bersiap Jika Harga Minyak Dunia Tembus 100 Dolar AS per Barrel
Kenaikan defisit neraca perdagangan migas dipengaruhi oleh penurunan ekspor migas di tengah impor migas yang meningkat.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika perkiraan harga minyak dunia bisa menembus level 100 dolar Amerika Serikat (AS) per barrel, apa pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak?
Sebelum menjawab itu, Kementerian Keuangan mencatat defisit neraca perdagangan minyak dan gas atau migas sedikit meningkat dari 0,46 miliar dolar AS pada Desember 2020 menjadi 0,67 miliar AS di Januari 2021.
Kenaikan defisit neraca perdagangan migas dipengaruhi oleh penurunan ekspor migas di tengah impor migas yang meningkat.
Baca juga: Jelang PLB, Pertamina Sosialisasi dan Edukasi BBM Berkualitas dan Ramah Lingkungan kepada Konsumen
"Indonesia juga bakal terganggu dengan kenaikan harga ke 100 dolar AS karena Indonesia sekarang net importir minyak mentah. Neraca berjalan bakal defisit dan rupiah bisa melemah kalau minyak ke 100 dolar AS," ujar Pengamat komoditas Ariston Tjendra melalui pesan singkat kepada Tribunnews, Minggu (14/3/2021).
Kendati demikian, dia mengimbau pemerintah bersiap jika harga minyak benar 'meledak' agar tidak salah langkah dalam menetapkan kebijakan.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Bisa Tembus 100 Dolar AS
"Bukan kaget, cuma bingung mau diapain. Iya, butuh waktu panjang sih, siapin energi alternatif, siapin kilang minyak," kata Ariston.
Di sisi lain, menurut dia, kenaikan harga minyak yang tinggi nantinya jika terjadi bisa juga menganggu perekonomian global.
"Arab Saudi sendiri berambisi menaikan harga hingga 80 dolar AS per barrel," pungkasnya.