Center for Indonesian Policy Studies: Impor Beras Tetap Perlu Tapi Harus Pertimbangkan Hal-hal Ini
Langkah mengimpor beras perlu mempertimbangkan banyak hal seperti ketersediaan pasokan di dalam negeri, hasil panen, dan juga harga beras
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menilai, pemerintah dapat memanfaatkan beras impor, untuk antisipasi atas risiko krisis pangan akibat pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19 menimbulkan kerawanan pangan bagi banyak masyarakat Indonesia. Media Relations Manager CIPS, Vera Ismainy menerangkan Survei Bank Dunia mencatat, 23% dari rumah tangga mengalami kekurangan pangan.
"Indonesia perlu memastikan ketersediaan pasokan pangan, salah satunya beras, supaya menjaga kestabilan harga maupun meningkatkan penyaluran pangan melalui sembako dan bantuan pangan sehingga dapat dijangkau semua lapisan masyarakat," ucapnya, Kamis (18/3/2021).
Dia menegaskan, mengimpor beras perlu mempertimbangkan banyak hal seperti ketersediaan pasokan di dalam negeri, hasil panen, dan juga harga beras di pasar internasional.
"Perlu dipertimbangkan bahwa proses impor memakan waktu yang lama dari pembelian hingga distribusinya," tutur Vera.
Baca juga: Aman Sampai Lebaran, Mentan Pastikan Beras Surplus 12 Juta Ton
Vera mengatakan Izin impor yang sudah dikeluarkan dapat digunakan sewaktu-waktu dalam merespons permintaan dalam negeri. Antisipasi bertambahnya permintaan beras dari dalam negeri perlu dilakukan menjelang datangnya bulan Ramadan dan juga Idul Fitri.
Baca juga: Kritik Wacana Impor Beras, Rizal Ramli: Kalau Betul-betul Pro Petani, Hapus Sistem Kuota Impor
"Impor beras belum terlaksana, jadi belum tahu nanti realisasinya berapa. Sekarang Bulog (Badan Urusan Logistik) juga akan prioritaskan penyerapan domestik dulu. Tapi, impor ini membantu memperkuat stok kita, jadi tidak mungkin akan kekurangan apalagi pas Ramadhan/Lebaran," imbuh dia.
Dengan demikian, bagi CIPS, pemerintah harus memiliki satu data pangan yang akurat dan terbaru (up to date). Sebab data pangan sering dijadikan dasar untuk pengambilan kebijakan, termasuk impor.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kata Vera, panen beras lancar dan tidak ada kegagalan panen masif pada tahun ini. Karenanya, CIPS mendorong Bulog memanfaatkan produksi beras hasil panen Maret hingga April 2021 untuk memaksimalkan cadangan beras pemerintah (CBP).
"Sementara itu, izin impor yang dikeluarkan oleh pemerintah dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi dari masih kurangnya pasokan beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama untuk cadangan bencana maupun krisis pangan," tandasnya.
Analisis Organisasi Pangan Dunia (FAO) dan Program Pangan Dunia (WFP) sebelumnya menyebutkan, pandemi Covid-19 memperparah situasi pangan di 27 negara dari Asia, Timur Tengah, Afrika, hingga Amerika Tengah. Pun ditegaskan, tidak ada yang kebal terhadap krisis pangan sehingga tidak boleh diremehkan dan ditunda penanganannya.
Berdasarkan FAO dan WFP, terdapat empat faktor utama pandemi mendisrupsi krisis pangan lebih dalam. Pertama, lapangan kerja dan upah yang menurun; kedua, disrupsi penanganan pandemi pada produksi dan pasokan pangan dunia; ketiga, menurunnya pendapatan pemerintah; dan terakhir, meningkatnya ketidakstabilan politik yang memicu konflik berbasis sengketa sumber daya alam.