CVR Sriwijaya Air SJ-182 Ditemukan, Proses Ini yang Akan Dilalui KNKT dan Pihak Boeing di AS
Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Rute Jakarta-Pontianak akhirnya berhasil ditemukan
Editor: Sanusi
![CVR Sriwijaya Air SJ-182 Ditemukan, Proses Ini yang Akan Dilalui KNKT dan Pihak Boeing di AS](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/cvr-pesawat-sriwijaya-air-sj-182-berhasil-ditemukan_20210331_175626.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fandi Permana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Rute Jakarta-Pontianak akhirnya berhasil ditemukan setelah memakan waktu pencarian hampir tiga bulan.
Sejak pesawat tersebut jatuh pada 9 Januari 2021 lalu, pencarian black box atau kotak hitam yang berisi CVR dan FDR dilakukan tim SAR, TNI, dan Polri serta relawan penyelam yang turut serta dalam operasi pencarian.
Penemuan CVR yang memakan waktu lama ini sempat memunculkan spekulasi jika tim investigasi akan kesulitan untuk membaca rekaman CVR. CVR sendiri berisi rekaman percakapan antara pilot dengan petugas Air Traffic Controller saat lepas landas hingga kontak terakhir pesawat.
Baca juga: Sudah 3 Bulan Tertimbun Lumpur di Laut, Mungkinkah Data CVR SJ182 Bisa Terbaca?
Melewati rangkaian proses panjang dan ketat
Proses investigasi isi CVR memang sangat terbatas antara Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) selaku otoritas resmi dan pabrikan dari black box itu. Mengutip regulasi “Flight Data Recorder Handbook for Aviation Accident Investigation” dari National Transportation Safety Boards (NTSB) proses pengunduhan data hingga pembacaan rekaman black box hanya bisa dilakukan oleh pihak terbatas.
Hal itu dilakukan karena isi data dalam CVR dan FDR memiliki tingkat kerahasiaan tinggi dan sangat penting untuk pabrikan pesawat.
Baca juga: Baca Isi CVR Sriwijaya Air SJ 182, KNKT Akan Transparan Soal Penyebab Kecelakaan
Black box biasanya disimpan oleh KNKT dan direndam dengan air tawar untuk menghilangkan kadar garam yabg tinggi usai tenggelam di dasar laut.
Nantinya, black box disimpan di tempat yang memilki tingkat keamanan tinggi dan dikirim ke Washington DC selaku pabrikan pesawat Boeing.
Terdapat aturan ketat yang harus dipatuh seperti black box yang harus direndam dalam kotak transparan berisi air tawar. Setelah itu, benda itu dimasukkan ke dalam kotak dan dilapisi dengan bubble wrap atau dilindungi dengan gabus agar terlindung dari segala kemungkinan buruk selama pengiriman.
Sebelum diangkat, segala informasi yang berkaitan dengan black box yang digunakan dalam penerbangan yang mengalami kecelakaan harus dikirimkan kepada Vehicle Recorder Division dan spesialis black box.
Setelah itu, KNKT juga wajib melaporkan informasi tipe pesawat, nomor penerbangan, waktu dan ketinggian kejadian, landasan pacu yang digunakan saat lepas landas, tipe dan nomor seri black box yang digunakan.
Tak hanya itu, untuk isi data rekaman parameter yang direkam dan konfirmasi algoritma pada tiap parameter, maskapai penerbangan, riwayat perawatan black box, dan lain sebagainya juga wajib diarsipkan. Hal ini dilakukan untuk membantu tim investigator membaca black box yang dikirimkan.
Black box yang ditemukan sangat tidak diperkenankan untuk dibuka di lokasi kejadian. Benda itu harus diamankan dan hanya dapat dibuka oleh pihak yang memiliki otoritas dan kewenangan untuk melakukannya.
Pihak Boeing beserta tim investigator di AS nantinya akan melakukan pengunduhan data yang tersimpan di black box. Kemudian data itu disimpan dan dikonversi ke dalam format digital agar data aman.
Kemudian, ahli membuka rekaman dengan menggunakan alat pemotong atau peralatan khusus lainnya. Data yang sudah terbaca kemudian akan dikoordinasikan melalui jalur komunikasi yang aman, tidak menggunakan ponsel portabel dan yang lainnya. Kemudian, data awal yang sudah terbaca tersebut disampaikan kepada pihak-pihak yang ada di tempat kejadian.
Data yang didapatkan kemudian akan divisualisasikan dalam bentuk animasi agar mudah dipahami oleh orang awam.
Namun, tidak setiap kecelakaan pesawat data black box-nya dibuat dalam format animasi. Pembuatan animasi ini memerlukan informan-informan khusus sebagai sumber untuk melengkapi data primer dari black box. Animasi yang sudah dibuat, tidak dibenarkan untuk dipublikasikan secara bebas, kecuali pada waktu yang telah ditentukan.
Sebelum dirilis, animasi harus diteliti terlebih dahulu. Langkah selanjutnya adalah laporan akhir yang berisi informasi tentang jenis black box yang dibaca, kerusakan (didokumentasikan), beserta metode ekstraksi data yang digunakan.
Kemudian, kepala pemeriksa me-review dan memastikan laporan akhir yang akan disampaikan ke pihak pengirim atau pemilik black box sudah tepat.