Krakatau Steel Segera Bangun PLTS Senilai Rp 203 Miliar
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, inisiasi strategis ini diharapkan dapat menyediakan energi terbarukan.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Bambang Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk segera melaksanakan proyek pengembangan renewable energy yang diaplikasikan dalam pemanfaatan Floating Sollar PV Project (Pembangkit Listrik Tenaga Surya/PLTS Terapung).
Melalui anak usahanya yaitu PT Krakatau Tirta Industri, Krakatau Steel menggandeng Akuo Energy Indonesia yang merupakan bagian dari grup perusahaan renewable energy asal Prancis, Akuo Energy SAS.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, inisiasi strategis ini diharapkan dapat menyediakan energi terbarukan.
Baca juga: Genjot Bisnis Penyediaan Air, Krakatau Steel Suntik Modal Anak Usaha Rp798 Miliar
Diketahui, proyek pengembangan renewable energy ini memiliki total investasi senilai 14 juta dolar AS, atau setara Rp 203,1 miliar (kurs dollar = Rp14.513)
“Kapasitas yang akan dihasilkan PLTS pada tahap awal adalah 16 MW dengan nilai penghematan biaya listrik sebesar Rp 7,8 miliar per tahun," jelas Silmy dalam keterangannya, (5/4/2021).
"Proyek ini direncanakan dapat beroperasi secara komersial pada akhir 2022. Selanjutnya, PT KTI ditargetkan akan menambah kapasitasnya menjadi 40 MW,” tambahnya.
Baca juga: Dukung Proyek Infrastruktur, Krakatau Steel Teken Kerja Sama dengan Inerco Senilai Rp 4,8 Triliun
Proyek PLTS Terapung ini dibangun dengan memanfaatkan area permukaan waduk penampungan air PT KTI di Waduk Krenceng, Cilegon, Banten.
Proyek yang bertujuan untuk menurunkan biaya pemakaian listrik dan berkontribusi bagi konservasi lingkungan ini, mengutamakan penggunaan local content yang sesuai TKDN.
Sebagai informasi, Akuo Energy SAS adalah perusahaan yang berfokus pada pembangunan renewable energy yang terkemuka di dunia.
Perwakilan Kedutaan Besar Prancis di Indonesia Ludovic Maria juga menyatakan, proyek ini adalah proyek penting.
Prancis berharap kerja sama renewable energy ini juga dapat mewujudkan program pemerintah agar bauran energi sebesar 23 persen di Indonesia berasal dari renewable energy di tahun 2025.
“Hal ini akan memberikan nilai tambah bagi Krakatau Steel Group yang sejalan dengan peningkatan daya saing Krakatau Steel dan kepedulian Krakatau Steel terhadap penurunan emisi gas buang,” tutup Silmy.