Harga Hunian di Australia Diprediksi Bakal Melonjak 17 Persen Tahun Ini
Apalagi, hal itu juga ditambah dengan tingkat permintaan yang kembali tinggi pasca pandemi setelah melandai selama tahun 2020.
Editor: TribunnewsBogor.com
TRIBUNNEWS.COM - Pasar properti di Australia tampaknya kini tengah menggeliat.
ANZ Bank memperkirakan harga hunian akan tumbuh rata-rata sebesar 17% secara nasional pada akhir tahun, akibat dari rendahnya suku bunga perbankan dan menguatnya permintaan.
Ekonom Felicity Emmet dan Adelaide Timbrell dalam catatan penelitiannya menjelaskan, kombinasi dari permintaan yang kuat dan pasokan yang rendah mendorong harga naik dengan tajam.
"Pembiayaan perumahan juga telah meningkat 76% sejak titik terendah di bulan Mei, investor telah kembali ke pasar, Auction Clearance Rates mendekati 80%, dan rumah tinggal diperkirakan mengalami kenaikan harga yang signifikan," katanya dalam siaran tertulis Senin (26/4/2021).
Emmett dan Timbrell juga mengungkapkan, Sydney siap untuk tumbuh sebesar 19%, sebuah langkah yang akan mendorong harga hunian rata-rata menjadi US$ 1,3 juta.
Tak hanya itu, ANZ juga melihat harga hunian melonjak hampir dua digit di setiap pasar secara bersamaan.
Bahkan Perth, yang selalu lesu selama bertahun-tahun, diperkirakan akan menyamai pertumbuhan Sydney sebesar 19% pada tahun ini. Kemudian diikuti oleh Hobart dengan kenaikan harga hingga 18%.
Sementara itu, untuk Melbourne, Brisbane, Canberra dan Darwin semuanya diperkirakan tumbuh 16%, sedangkan Adelaide diperkirakan akan menempati peringkat kota paling rendah dengan 13%.
Adapun, lonjakan harga seperti ini terakhir kali terjadi pada akhir tahun 1980-an, tepat sebelum Australia memasuki resesi besar terakhirnya.
Sementara menurut penelitian yang menggunakan analisis serupa dengan pemodelan skenario Reserve Bank of Australia, harga rumah akan naik 25% antara saat ini hingga akhir 2023.
Menyikapi kondisi ini, S&M Director Crown Group Indonesia, Tyas Sudaryomo, mengungkapkan bahwa kepercayaan pasar menguat pasca pandemi Covid-19 selama tahun 2020 yang melanda Australia dan Dunia.
"Keyakinan pasar kembali menguat setelah melihat keberhasilan Australia dalam mengatasi pandemi Covid-19 yang menjadikan Australia menjadi salah satu negara terbaik dalam menangani pandemi ini," kata dia.
Ditambah, beberapa kebijakan dari pemerintah Australia salah satunya melalui RBA yang kembali memotong tingkat suku bunga perbankan sehingga menciptakan rekor suku bunga terendah dalam sejarah guna mendorong proses perbaikan ekonomi Australia.
"Sehingga banyak yang percaya bahwa proses perbaikan ekonomi dapat berjalan lebih cepat dari perkiraan awal, Dua hal itulah yang awalnya mendorong tingkat keyakinan di pasar sehingga banyak dari para investor yang telah kembali," ungkap Tyas.
Apalagi, hal itu juga ditambah dengan tingkat permintaan yang kembali tinggi pasca pandemi setelah melandai selama tahun 2020.
Pasar properti sangat diminati oleh investor di Kawasan Asia Pasifik
"Perlu dipahami bahwa Australia merupakan salah satu negara yang dikenal memiliki fundamental ekonomi yang sangat kuat sertastabilitas politik yang cukup stabil di Dunia," ujarnya.
Adapun, Reserve Bank of Australia memproyeksikan pertumbuhan PDB sekitar 5% selama tahun 2021, sementara Deloitte Access Economics memproyeksikan pertumbuhan PDB tahun 2021 sebesar 4,4% berdasarkan asumsi bahwa pembatasan domestik secara bertahap berkurang saat vaksin diluncurkan, dan perbatasan internasional dibuka kembali secara bertahap.
"Sehingga saya kira wajar apabila proses perbaikan ekonomi diyakini bisa lebih cepat dari perkiraan, dan saya pikir ini adalah waktu yang tepat bagi para investor luar negeri termasuk dari Indonesia untuk kembali masuk, mengingat fenomena krisis tidak selalu membawa keburukan, namun juga peluang untuk bergerak lebih maju dan bertumbuh lebih tinggi," tutup Tyas.