Suplai Meningkat, Harga Properti Turun dalam 9 Bulan Terakhir
Marine Novita, Country Manager Rumah.com menyatakan, berdasarkan RIPMI Q2 2021, terjadi penurunan indeks harga properti,
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indeks harga properti turun dalam tiga kuartal atau sembilan bulan terakhir, sementara indeks suplai naik dalam dua kuartal terakhir. Ini berdasarkan Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI).
Marine Novita, Country Manager Rumah.com menyatakan, berdasarkan RIPMI Q2 2021, terjadi penurunan indeks harga properti, disertai kenaikan indeks suplai secara nasional pada kuartal I 2021 lalu.
"Data Rumah.com Indonesia Property Market Index pada kuartal I 2021 yang menunjukkan terjadinya penurunan harga properti namun, pasar properti nasional diperkirakan masih akan tetap stabil apalagi ada hal lain yang dapat menjaga optimisme pasar properti di 2021 dengan masih tingginya pencarian properti pada kuartal I 2021 dibandingkan kuartal sebelumnya," jelas Marine dalam keterangan tertulis, Jumat (7/5/2021).
Rumah.com Indonesia Property Market Index Harga (RIPMI-H) pada kuartal I 2021 berada pada angka 110,3, turun 0,4 persen dibanding pada kuartal IV 2020 (qtq). Secara tahunan, indeks harga mengalami penurunan sebesar 2 persen.
Baca juga: Survei: Empat dari 5 Orang yang Mencari Properti Akan Melakukan Pembelian di Masa Datang
Data RIPMI mencatat turunnya indeks harga properti terjadi di sejumlah provinsi. DKI Jakarta mengalami penurunan sebesar 0,4 persen (qtq), DI Yogyakarta turun 4,21 persen (qtq), dan Jawa Timur turun sebesar 1,64 persen (qtq).
Sementara itu, provinsi Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah masih tetap solid dengan mencatatkan kenaikan indeks harga yaitu sebesar 0,5 persen (qtq) untuk Jawa Barat, 1,62 persen (qtq) untuk Banten, dan 1,37 persen (qtq) untuk Jawa Tengah.
DKI Jakarta yang mengalami penurunan 0,4 persen kuartalan terjadi merata di seluruh wilayahnya. Wilayah dengan penurunan harga terbesar adalah Jakarta Pusat, yang turun 1,52 persen (qtq) pada kuartal I 2021. Sementara itu, Jakarta Selatan turun 1,19 persen (qtq).
Menurut Marine, turunnya indeks harga properti kuartalan selama tiga kuartal berturut-turut bukan hal yang menggembirakan. Hal ini baru pertama kalinya terjadi sejak 2015.
Baca juga: Akses Tol Serpong-Cinere Dorong Perkembangan Investasi Properti di Sawangan
Meski demikian, Marine juga menegaskan bahwa pasar properti masih memiliki harapan.
Dikutip dari kompas.com Harga properti yang tinggi di wilayah Jakarta tidak mampu dicapai oleh kebanyakan pencari properti hunian saat ini. Data Rumah.com menunjukkan permintaan properti hunian terbanyak masih berasal dari kisaran harga Rp 300 juta hingga Rp 1,5 miliar.
"Sementara harga properti hunian di Jakarta saat ini dimulai dari Rp 2,2 miliar ke atas," ujar Marine.
Sementara Rumah.com Indonesia Property Market Index Suplai (RIPMI-S) berada pada angka 178,2. Indeks menunjukkan pertumbuhan suplai properti sebesar 8,4 persen secara kuartalan pada kuartal I 2021.
Pertumbuhan suplai ini melambat jika dibandingkan kuartal IV 2020 yang mencatatkan pertumbuhan 13,6 persen (qtq).
Data RIPMI-S menunjukkan bahwa suplai properti residensial terbesar pada Q1 2021 masih datang dari DKI Jakarta, yakni sebesar 32 persen dari total suplai nasional. Sementara itu, Jawa Barat menyumbang suplai sebesar 30 persen, diikuti Banten (17 persen), dan Jawa Timur (12 persen).
Menurut Marine, meskipun pada Q1 2021 terjadi pertumbuhan suplai properti namun kondisi ini melambat jika dibandingkan kuartal sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan suplai properti bisa disebabkan oleh sikap wait and see para pengembang.
Kuartal sebelumnya sepertinya menjadi momen di mana pengembang dan penyedia suplai meluncurkan suplai propertinya yang sempat tertahan sejak kuartal kedua 2020 akibat pandemi.
"Karena itu, kita melihat lonjakan suplai yang cukup besar. Sementara kuartal I 2021 ini menjadi fase normalisasi dimana pengembang fokus untuk memasarkan suplai yang masih tersisa dari kuartal sebelumnya," ungkap Marine.