Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Mengenal 6 Produk Investasi Jangka Panjang, dari Emas hingga Properti, Mana Lebih Untung?

Ada cukup banyak instrumen investasi yang masuk ke dalam kategori investasi jangka panjang. Namun, investasi apa saja yang tersedia dan menguntungkan?

Penulis: Bunga Pradipta Pertiwi
Editor: Sri Juliati
zoom-in Mengenal 6 Produk Investasi Jangka Panjang, dari Emas hingga Properti, Mana Lebih Untung?
Tribunnews/Jeprima
Karyawan beraktivitas di antara layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan, Jumat (25/9/2020). | Ada cukup banyak instrumen investasi yang masuk ke dalam kategori investasi jangka panjang. Namun, investasi apa saja yang tersedia dan menguntungkan? 

TRIBUNNEWS.COM - Sebagai negara berkembang, minat berinvestasi di Indonesia masih terbilang rendah.

Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat yang berpendapat bahwa investasi hanya untuk orang-orang kaya saja.

Di era digital seperti saat ini, investasi kini semakin mudah dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.

Ini tentu berdampak besar pada pertumbuhan investasi di Indonesia.

Dilihat dari jangka waktunya, investasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang.

Kali ini, kita akan membahas tentang investasi jangka panjang.

Setiap instrumen investasi yang masuk ke kategori ini butuh waktu bertahun-tahun untuk mulai menghasilkan return.

Berita Rekomendasi

Selain itu, risiko yang ditanggung juga umumnya lebih tinggi.

Karena itulah, perlu analisis yang cukup mendalam sebelum memutuskan untuk mengambil investasi ini jangka panjang.

Ada cukup banyak instrumen investasi yang masuk ke dalam kategori investasi jangka panjang.

Namun, investasi apa saja yang tersedia dan menguntungkan?

Berikut beberapa instrumen investasi yang cukup populer di Indonesia.

1. Deposito

instrumen investasi yang cukup populer di Indonesia.
instrumen investasi yang cukup populer di Indonesia.

Sebenarnya deposito ini mirip dengan tabungan.

Ada dua hal yang membedakannya, yakni tingkat bunga dan adanya waktu jatuh tempo.

Suku bunga deposito lebih tinggi dibandingkan bunga tabungan biasa.

Karena memiliki suku bunga yang lebih tinggi, uang yang kamu investasikan ke deposito tidak bisa diambil sewaktu-waktu.

Ada tenor yang mengikat, jadi sebelum deposito tersebut jatuh tempo, kamu tidak bisa menyentuhnya sama sekali.

Tenor deposito sendiri cukup beragam, secara umum, rata-rata bank menyediakan tenor maksimal 12 bulan.

2. Emas

Bagi kamu yang lebih tertarik dengan jenis investasi fisik dengan nilai intrinsik yang lebih jelas, emas bisa jadi pilihan.

Sama halnya dengan deposito, risiko investasi emas juga rendah.

Nilainya cenderung stabil dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

ilustrasi emas
Ilustrasi emas 

Jika ingin investasi emas, sebaiknya pilih emas batangan.

Berbeda dengan emas perhiasan, nilai emas batangan ini murni dinilai dari beratnya.

Selain membeli di toko, kini kamu juga bisa berinvestasi emas lewat aplikasi.

Lewat aplikasi di Tokopedia, kamu bisa membeli dan menjual emas dalam nominal paling rendah sekalipun, minimum Rp 5.000 (Lima ribu rupiah).

Selain itu, kamu juga bisa memperkaya ilmu tentang istilah investasi di kamus keuangan Tokopedia.

3. Properti

Investasi properti memiliki beberapa kesamaan dengan investasi emas.

Ada benda fisik, serta nilainya juga dipastikan terus mengalami peningkatan tanpa banyak fluktuasi.

Selain itu, risikonya juga terbilang rendah.

Cara yang paling sederhana adalah dengan membeli tanah, membangun properti di atasnya dan menjualnya saat harga dinilai sudah cukup tinggi.

Sedangkan untuk cara kedua, kamu bisa menyewakan properti untuk mendapatkan aliran pemasukan.

Meski risiko investasi ini terbilang rendah, properti adalah aset yang bisa rusak oleh waktu.

Investasi properti memiliki beberapa kesamaan dengan investasi emas.
Investasi properti memiliki beberapa kesamaan dengan investasi emas.

4. Saham

Saham merupakan bukti kepemilikan sebuah perusahaan.

Saat kamu membeli saham, pada dasarnya kamu membeli sebagian kepemilikan atas perusahaan yang mengeluarkannya.

Jadi semakin banyak saham yang kamu beli, semakin besar pula persentase kepemilikan perusahaan yang kamu dapatkan.

Return investasi saham biasanya berasal dari dividen dan pertumbuhan nilai saham itu sendiri.

Dividen sendiri diambil dari return yang diperoleh perusahaan.

Saham sebenarnya merupakan bukti kepemilikan sebuah perusahaan.
Saham merupakan bukti kepemilikan sebuah perusahaan.

Namun perlu dicatat, tidak semua perusahaan membagikan dividen kepada investornya.

Beberapa perusahaan justru memilih menggunakan return yang didapat untuk mengembangkan bisnisnya.

Jika dibandingkan dengan tiga jenis investasi sebelumnya, risiko investasi saham terbilang yang paling tinggi.

5. Reksadana

Reksadana adalah sebuah instrumen investasi di mana dana dari beberapa investor dikumpulkan menjadi satu untuk kemudian diinvestasikan ke instrumen-instrumen investasi yang ada di pasar modal.

Reksadana sendiri terbagi menjadi 5 jenis.

Kelima jenis reksadana ini meliputi reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham, reksadana campuran dan reksadana index.

Dengan layanan wealth management Anda tak perlu khawatir atau ragu-ragu untuk membiakkan dana melalui reksadana, obligasi, asuransi dan sebagainya.
Ilustrasi -  reksadana (EXPERSOFT.COM)

Setiap jenis reksadana memiliki potensi dan risiko yang berbeda beda.

Untuk risiko terendah ada reksadana pasar uang.

Namun jika ingin membeli reksadana, pastikan untuk memahami profil risiko kamu terlebih dahulu.

6. Peer to Peer Lending

Jenis investasi peer to peer lending tergolong masih cukup baru di Indonesia.

Meski demikian, popularitasnya terus melejit seiring dengan kejelasan hukum dan kemudahan yang ditawarkannya.

Hal ini bisa dilihat dari banyaknya perusahaan fintech lending yang menjalankan model bisnis ini.

Jumlah uang yang berputar dalam investasi peer to peer lending juga terus tumbuh.

Dalam peer to peer lending, pada dasarnya kamu meminjamkan sejumlah uang kepada pihak yang membutuhkan, baik itu individu ataupun badan usaha.

Suku bunga peer to peer lending ini terbilang cukup menarik.

investasi peer to peer lending tergolong masih cukup baru di Indonesia.
Investasi peer to peer lending tergolong masih cukup baru di Indonesia.

Banyak fintech lending yang menawarkan suku bunga pinjaman mencapai 18% per tahunnya.

Selain itu, kamu juga bisa mulai berinvestasi peer to peer lending mulai dari Rp 100.000 saja.

Investasi merupakan cara terbaik untuk melindungi kekayaan sekaligus meningkatkan jumlahnya.

Namun sebelum mulai berinvestasi, kamu harus menentukan tujuan dari investasi itu sendiri dan memahami profil risiko kamu.

Dari kedua informasi itulah, kamu bisa menentukan jangka waktu dan jenis investasi yang sebaiknya dipilih.

(Tribunnews.com)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas