Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

IHSG Diperkirakan Kembali Terkoreksi di Tengah Risiko Ekonomi AS

IHSG diperkirakan kembali bergerak tertahan hingga melemah dengan support resistance 6.026 hingga 6.084.

Editor: Sanusi
zoom-in IHSG Diperkirakan Kembali Terkoreksi di Tengah Risiko Ekonomi AS
Tribunnews/Jeprima
ilustrasi: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan kembali bergerak tertahan hingga melemah dengan support resistance 6.026 hingga 6.084. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan kembali bergerak tertahan hingga melemah dengan support resistance 6.026 hingga 6.084.

Kepala Riset PT Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan, secara teknikal IHSG bergerak terkonsolidasi setelah pada pekan lalu membentuk pola candlestick bearish harami yang potensi pulled back resistance dan upper bollinger bands.

"Indikator stochastic dan RSI bergerak pada zona overbought dengan potensi dead-cross dan Indikator MACD bergerak pada kondisi overvalue dengan divergence negatif dengan histogram memberikan signal koreksi," ujar dia melalui risetnya, Selasa (8/6/2021).

Baca juga: Rilis Data Cadangan Devisa Bikin IHSG Waswas, Cermati Saham Ini

Sementara itu, Lanjar menjelaskan, investor terus mempertimbangkan risiko inflasi dan dampak potensial dari pajak perusahaan.

Data inflasi yang bangkit kembali telah memicu perdebatan tentang kapan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (Fed) akan mulai mengurangi stimulus.

Karyawan beraktivitas di antara layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan, Jumat (25/9/2020). IHSG berhasil bangkit setelah empat hari beruntun berada pada zona merah. IHSG ditutup menguat 103,03 poin atau 2,13 persen ke posisi 4.945,79. Tribunnews/Jeprima
Karyawan beraktivitas di antara layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/Jeprima)

"Selain itu, investor tetap mencoba untuk mencapai keseimbangan antara mempersiapkan suku bunga yang lebih tinggi. Secara sentimen Investor akan terfokus pada data cadangan devisa Indonesia dan aktivitas perdagangan ekspor impor di AS," pungkas Lanjar.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas