Wacana PPKM Darurat Diperpanjang Bikin Pengusaha Pusing Tujuh Keliling
Diakuinya, hal ini akan menambah beban arus kas pengusaha yang harus mengeluarkan biaya operasional sedangkan pemasukan tidak ada.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengaku saat ini dunia usaha dalam kondisi ketar ketir mendengar wacana perpanjangan PPKM Darurat.
Diakuinya, hal ini akan menambah beban arus kas pengusaha yang harus mengeluarkan biaya operasional sedangkan pemasukan tidak ada.
“Nggak bisa dibayangkan para pengusaha akan pusing tujuh keliling memikirkan untuk bisa bertahan,” ucap Sarman kepada wartawan, Rabu (14/7/2021).
Baca juga: Penerapan PPKM Darurat, Satgas: Penurunan Kasus Covid-19 Paling Cepat Butuh Waktu 3 Pekan
Sarman menegaskan cashflow yang semakim sekarat ditambah profit tidak pasti membuat kondisi ini termasuk dalam kategori darurat.
Baginya, tidak ada pilihan lagi selain mendukung penuh kebijakan pemerintah dengan harapan kasus Covid-19 bisa melandai.
Walhasil ekonomi bisa kembali terungkit dan Indonesia bisa keluar dari zona resesi ekonomi.
“Psikologi pengusaha pasti sangat resah,gelisah memikirkan bagaimana nasib usahanya ke depan jika covid ini semakin berkepanjangan,” akunya.
Baca juga: Bulog Masih Tunggu Data untuk Distribusikan 200 Ribu Ton Bantuan Beras PPKM
HIPPI memandang jika PPKM Darurat ini benar-benar diperpanjang akan menjadi dilematis bagi pengusaha khususnya sektor UMKM.
Perpanjangan PPKM darurat ini juga akan sangat berdampak terhadap perlambatan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi.
Target pertumbuhan ekonomi dikuartal II-2021 yang ditargetkan 7 persen dipastikan tidak akan tercapai diperkirakan hanya dikisaran 3-4 persen dan akan berpengaruh terhadap target pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2021 yang ditargetkan 4 persen.
Sarman memprediksi di pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2021 sebesar 4,6 persen sehingga proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 dikisaran 3,7 persen dibawah target awal dikisaran 4,5-5 persen.