Pemegang Saham Restui BRI Right Issue 28 Miliar Lembar Saham
Pemegang saham PT BRI (Persero) menyetujui perseroan melakukan penerbitan saham baru atau right issue sebanyak 28 miliar lembar saham
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemegang saham PT BRI (Persero) menyetujui perseroan melakukan penerbitan saham baru atau right issue sebanyak 28 miliar lembar saham, terkait rencana pembentukan Holding Ultra Mikro.
Aksi korporasi tersebut akan dilakukan perseroan melalui mekanisme Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD).
Baca juga: Ari Kuncoro Mundur Dari Wakil Komisaris Utama BRI, Kementerian BUMN RI akan Tindak Lanjuti
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, dalam PMHMETD ini, pemerintah akan menyetorkan seluruh saham Seri B miliknya dalam Pegadaian dan PNM kepada BRI atau inbreng.
Setelah transaksi, kata Sunarso, BRI akan memililiki 99,99 persen saham Pegadaian dan PNM. Sedangkan, pemerintah akan tetap memiliki satu lembar saham Seri A Dwiwarna pada Pegadaian dan PNM.
Baca juga: BLT UMKM Rp 1,2 Juta Cair Mulai Juli 2021, Cek Penerima di Laman BRI atau BNI, Simak Cara Mencairkan
“Perseroan merencanakan penerbitan sebanyak-banyaknya 28.677.086.000 saham Seri B dengan nilai nominal sebesar Rp 50. Adapun jumlah lembar saham dan harga pelaksanaan akan disampaikan kemudian," kata Sunarso saat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Kamis (22/7/2021).
Menurutnya, dana hasil dari aksi korporasi ini akan dimanfaatkan BRI untuk pembentukan Holding Ultra Mikro, melalui penyertaan saham BRI dalam Pegadaian dan PNM, sebagai hasil dari inbreng pemerintah.
"Selebihnya akan digunakan sebagai modal kerja BRI dalam rangka pengembangan ekosistem Ultra Mikro, serta bisnis mikro dan kecil," ucapnya.
Aksi korporasi ini nantinya akan berdampak kepada laporan keuangan konsolidasian BRI pada 31 Maret 2021, di antaranya total aset BRI meningkat dari Rp 1.411 triliun menjadi Rp 1.515 triliun, total liabilitas meningkat dari Rp 1.216 triliun menjadi Rp 1.289 triliun, dan laba bersih meningkat dari Rp 7 triliun menjadi Rp 8 triliun.
Ia menyebut, Holding Ultra Mikro tidak saja memberikan manfaat bagi BRI, Pegadaian dan PNM, namun juga bagi pelaku usaha ultra mikro dan perekonomian nasional.
"PNM akan berperan di fase empowerment. Pinjaman kelompok yang disalurkan PNM selain bernilai sebagai pembiayaan, juga berfungsi dalam pemberian asistensi dan peningkatan kapabilitas. Kemudian, di fase integration, BRI dan Pegadaian dapat membantu pelaku usaha di segmen tersebut dengan berbagai produk gadai maupun KUR,” paparnya.
“Selanjutnya, pada tahap terakhir adalah pada fase upgrade, Holding Ultra Mikro memungkinkan pelaku usaha ultra mikro naik kelas menjadi nasabah mikro BRI yang berbasis komersial. Proses dimaksud akan terjadi dalam satu ekosistem sehingga lebih efektif dan efisien," sambung Sunarso.