Maskapai Penerbangan Bisa Manfaatkan Penerbangan Kargo untuk Bertahan di Tengah Pandemi
di tengah pembatasan akibat pandemi Covid-19 maskapai penerbangan dapat memanfaatkan penerbangan kargo
Penulis: Hari Darmawan
Editor: Sanusi
Penyetujuan prosedur restrukturisasi ataupun kepailitan dengan semua kreditur dan pemangku kepentingan tentu juga tidaklah mudah.
Hal ini tentu perlu adanya upaya bersama antara seluruh pelaku pasar untuk mengimplementasikan solusi inovatif yang sesuai dengan disrupsi Covid-19 yang belum pernah dihadapi sebelumnya.
2. Biaya Operasional
Industri penerbangan tidak memiliki opsi lain untuk menurunkan biaya operasional, selain mengurangi karyawan dan mengurangi jadwal penerbangan.
Hal ini terjadi pada maskapai penerbangan di Indonesia, seperti Sriwijaya Air dan juga Garuda Indonesia yang melakukan pengurangan karyawan untuk menekan biaya operasional mereka.
Meski begitu, Grant Thornton menekankan pentingnya untuk memastikan bahwa pendekatan ini tidak akan mempengaruhi masa depan maskapai saat kembali beroperasi normal, terutama terkait hilangnya karyawan-karyawan dengan keterampilan khusus.
Untuk para penyedia armada pesawat atau lessor kondisi semakin buruk dengan kecilnya area untuk bermanuver. Model bisnis yang ada saat ini menekankan besarnya biaya operasional termasuk ketidakmampuan untuk memindahkan pesawat mereka ke wilayah lain atau ke operator white label.
3. Likuiditas
Terakhir tantangan yang harus dihadapi oleh industri penerbangan yaitu likuiditas. Hal ini menjadi tantangan yang serius untuk para maskapai penerbangan dan bisnis pendukungnya.
Likuiditas yang di dalamnya terdapat arus kas, sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan maskapai penerbangan itu sendiri dan di tengah pandemi ini maskapai menanggung biaya tetap dan operasional yang besar sedangkan arus kas berjalan lambat.
Beberapa faktor yang mendorong perencanaan arus kas semakin sulit. Banyak maskapai penerbangan yang menggunakan tunjangan dari pemerintah untuk membayar gaji dan biaya tetap lainnya, namun tentu tidak dapat dipastikan berapa lama fasilitas tersebut akan tersedia dan apakah skemanya akan tetap sama. Selanjutnya masih ada kemungkinan pembatasan perjalanan dan pengaruhnya atas perilaku pelancong.