Kementerian PUPR Ingin Gunakan Bambu untuk Dasar Konstruksi Tol Semarang - Demak
Perbaikan kondisi tanah atau soil improvement melalui konstruksi matras bambu, karena konstruksi tanggul laut yang terintegrasi dengan jalan tol
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian PUPR melakukan pengujian kekuatan bambu untuk sistem matras guna meningkatkan daya dukung tanah dasar di lokasi konstruksi Jalan Tol Semarang-Demak.
Pengujian dilakukan Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung, Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan, Direktorat Jenderal Cipta Karya.
“Pengujian dilakukan untuk mempersiapkan bahan bambu yang akan digunakan sebagai konstruksi matras untuk mempercepat waktu konsolidasi pada tanah di lokasi konstruksi Jalan Tol Semarang-Demak," kata Kepala Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung Ferri Eka Putra, Senin (20/9/2021).
Menurutnya, perbaikan kondisi tanah atau soil improvement melalui konstruksi matras bambu, karena konstruksi tanggul laut yang terintegrasi dengan jalan tol ini akan dibangun di atas tanah dengan klasifikasi very soft soil.
Ia menjelaskan, pengujian terdiri dari dua jenis, uji tarik sistem matras bambu dan uji lentur sistem matras bambu.
Baca juga: Berkeliaran Sambil Membawa Besi, Parang Hingga Bambu, 18 Remaja di Padang Diamankan Polisi
Hal ini dijalankan untuk mengetahui perilaku dari bambu yang dirangkai menjadi kesatuan sebagai matras jika mengalami gaya tarik dalam arah horisontal, serta gaya tekan pada arah tegak lurus.
Pengujian tarik sistem matras bambu dan uji lentur sistem matras bambu baru pertama kali dilakukan, dan diharapkan dapat memberikan terobosan dalam solusi perkuatan tanah lunak yang murah serta tepat guna.
Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak terintegrasi dengan tanggul laut, di mana struktur timbunan di atas laut direncanakan diperkuat matras bambu setebal 17 lapis.
Selain sistem matras bambu, penguatan kondisi tanah dilakukan dengan cara pemasangan material pengalir vertikal pra-fabrikasi atau PVD, serta melaksanakan pembebanan menggunakan material pasir laut yang diambil menggunakan alat Trailing Suction Hopping Dredger atau TSHD.
“Metode-metode tersebut tentunya diharapkan tidak hanya akan memberikan konstruksi tanggul laut terintegrasi dengan jalan tol yang efisien dari segi biaya, namun juga dapat menyediakan infrastruktur yang handal dan berkesinambungan di masa yang akan datang,” kata Kepala BBPJN Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Satrio Sugeng Prayitno.