Dialog dengan Menko Perekonomian, Penjual Kripik Asal NTB Ngaku Raup Omzet Rp 30 Juta
Mahmudah mengaku penghasilan dari penjualan kripiknya naik setelah mengikuti pelatihan Prakerja
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menko Perekonomian Airlangga Hartarto berdialog dengan sejumlah alumni peserta Kartu Prakerja di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Mahmudah (43) yang merupakan alumni peserta Kartu Prakerja gelombang 9 mengaku penghasilan dari penjualan kripiknya naik setelah mengikuti Prakerja
Awalnya, hanya mendapatkan dapat omzet Rp 4 juta per bulan, kini menjadi Rp30 juta per bulan.
"Sebelumnya sebulan itu Rp 4 jutaan dengan alat yang sederhana, cuma satu aja alatnya, sekarang saya bisa dapatkan Rp30 jutaan dalam sebulan dengan alat yang juga bertambah. Tinggal kami tingkatkan saja alat-alat pendukung untuk usaha kami," kata Mahmudah saat berdialog dengan Airlangga, yang dikutip Jumat (15/10/2021).
Saat mengikuti Program Kartu Prakerja, Mahmudah mengambil tiga jenis pelatihan yakni peningkatan manajemen UMKM, bagaimana mendapatkan ide usaha, dan bagaimana mampu berbicara di depan publik.
Baca juga: Mulai 12 Oktober, UMKM Bisa Dagang di Mall of Indonesia, Begini Cara Daftarnya
"Saya bisa mendapatkan ilmu yang sebelumnya tidak bisa saya dapatkan, meningkatkan hasil usaha saya, meningkatkan manajemen usaha saya, meningkatkan juga cara membungkus dan mendesain produk saya, kemudian juga sampai ke pemasaran go international," tuturnya.
Baca juga: Kisah Sukses iForte Digitalisasi UMKM: JALA tech di Budidaya Tambak dan Lemonto di Olahan Lemon
Selain itu, Mahmudah menyebut penjualan kripiknya saat ini semakin luas, tidak hanya di tingkat desa dan kecamatan, tetapi sudah antar provinsi hingga negara.
"Kami bisa meningkatkan pemahaman bagaimana meningkatkan akses, bagaimana cara berjualan baik offline dan online, yang paling banyak ini sekarang kan online jadi masyarakat itu jadi tahu," paparnya.
Baca juga: Bank Mandiri dan Yokke Siapkan Platform Integratif untuk Genjot Digitalisasi UMKM
Sementara itu cerita berbeda hadir dari calon peserta Kartu Prakerja lainnya.
Sukri (43), seorang tutor Bahasa Jepang di salah satu lembaga kursus di Lombok mendaftarkan diri untuk menjadi peserta Kartu Prakerja.
Sukri mengaku termotivasi mengikuti Prakerja setelah tetangganya banyak yang berhasil membuka usaha usai ikut Prakerja.
"Di kampung juga sudah banyak yang sudah dapat, dan juga walaupun di pandemi dia belum ada kerjaan, dengan ilmunya dia bisa buat kerajinan, kayak tata boga lah," katanya.
Selain itu, Sukri juga ingin meningkatkan kemampuan bahasa Jepangnya lewat pelatihan yang disediakan program Kartu Prakerja.
Ia berharap dengan meningkatnya kemampuan bahasa asing tersebut, bisa menunjang peningkatan pekerjaan yang tengah ia jalani.
"Pertama, di sana kan ada pilihan kita dapat ilmu baru, ada pelatihan kursus. sementara di sini kita kursusnya juga lumayan mahal, ini kan pelatihan gratis," tutur Sukri.