Menko Airlangga: RI Berkomitmen untuk Terus Kerja Sama di Bidang Kelapa Sawit Bersama Malaysia
Airlangga mengatakan bagi Indonesia, Malaysia merupakan salah satu mitra ekonomi utama dalam hal investasi dan perdagangan.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mempertegas komitmen Pemerintah Indonesia untuk terus bekerja sama dengan Malaysia terkait kebijakan kepala sawit.
Hal ini disampaikan saat Airlangga melakukan pertemuan bilateral Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia Zuraida Binti Kamaruddin di Jakarta, Minggu (24/10/2021).
“Saya ingin mengakhiri dengan menegaskan kembali komitmen kuat Pemerintah Indonesia untuk terus bekerja sama dengan Malaysia. Saya percaya bahwa terlepas dari pandemi yang sedang berlangsung, ada banyak peluang yang harus dimanfaatkan kedua negara di tahun-tahun mendatang,” ujar Airlangga.
Baca juga: Airlangga Tak Tutup Koalisi Golkar dengan Partai Lain di Pemilu 2024, Tapi Ada Syaratnya
Airlangga mengatakan bagi Indonesia, Malaysia merupakan salah satu mitra ekonomi utama dalam hal investasi dan perdagangan.
Selama semester I tahun 2021, Penanaman Modal Asing (PMA) yang berasal dari Malaysia mencapai US$ 706,8 juta dan tersebar di 1.324 proyek. Dari sisi perdagangan barang, volume perdagangan bilateral antar negara telah mencapai $15,03 juta pada tahun 2020 dan $13,43 juta selama Januari hingga Oktober 2021.
Baca juga: Pidato HUT ke-57 Golkar, Airlangga: 2024 Kita Harus Menang
“Hal tersebut menunjukkan intensnya hubungan bilateral kedua negara,” katanya.
Airlangga menyampaikan Indonesia sebagai Ketua Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) mengajak negara-negara produsen kelapa sawit mengantisipasi kemungkinan terjadinya siklus harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) melalui peningkatan konsumsi domestik sebagai alat manajemen permintaan.
Pengelolaan harga minyak sawit berkelanjutan dapat dicapai dengan melaksanakan program mandat B30 di Indonesia dan B20 di Malaysia. Strategi ini penting untuk menyeimbangkan pasokan dengan permintaan, yang akan menjaga harga CPO global.
“Hal penting yang ingin kami tekankan adalah pentingnya negara-negara anggota CPOPC mengintensifkan upaya untuk memastikan harga minyak sawit berkelanjutan. Kami menggarisbawahi tren positif atas pertumbuhan permintaan minyak sawit dan tren kenaikan minyak sawit secara umum,” jelas Airlangga.
Airlangga juga menyampaikan Indonesia mengapresiasi pembentukan CPOPC Scientific Committee untuk fokus pada penyusunan proposal penelitian yang tepat, mengkaji proposal penelitian, mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan guna memberikan temuan penelitian dalam memperkaya pengetahuan terkait sektor kelapa sawit.
“Kami berharap komite dapat bekerja untuk kepentingan terbaik negara-negara anggota termasuk upaya melawan kampanye negatif terhadap minyak sawit,” ungkap Airlangga.
Terkait maraknya kampanye negatif terhadap produk kelapa sawit, sebagai negara penghasil kelapa sawit, Airlangga mengatakan, Indonesia-Malaysia perlu melakukan kampanye positif terhadap kelapa sawit secara efektif, efisien dan tepat sasaran. Indonesia mengapresiasi kemajuan program Countering Anti Palm Oil Campaign yang dilakukan CPOPC berdasarkan persetujuan negara anggota (Indonesia-Malaysia).
“Program-program ini termasuk kampanye advokasi di Uni Eropa, kampanye media sosial di negara-negara anggota, serta strategi komunikasi dan promosi di negara-negara konsumen minyak sawit,” jelasnya.
“Dalam waktu dekat, program kampanye positif diharapkan dapat dilakukan secara menyeluruh dengan melibatkan minyak nabati lainnya, tidak hanya fokus pada kelapa sawit. Publikasi kontribusi minyak nabati untuk memenuhi Sustainable Development Goals (SDGs) harus lebih sering disebarluaskan,” pungkasnya.