Chappy Hakim: Selesaikan Masalah Garuda Tidak Sulit
Menurut mantan presiden direktur PT Freeport Indonesia itu, menyelesaikan persoalan keuangan Garuda Indonesia sebenarnya tidaklah sulit
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat penerbangan Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim menyatakan, maskapai apapun jika mengambil alih rute Garuda Indonesia, maka akan mendapat keuntungan.
Chappy menjelaskan, maskapai pelat merah ini mendapatkan fasilitas rute dari pemerintah untuk menghubungkan banyak kota besar di dalam maupun luar negeri, termasuk penerbangan umrah, serta haji.
"Menghubungkan perhubungan umrah dan haji itu harus dikuasai negara dengan flag carrier (maskapai penerbangan nasional). Kalau (Garuda Indonesia) dihapus, memberi rezeki ke orang lain," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) periode 2002 hingga 2005 tersebut menjelaskan, kalaupun ada pihak mendapatkan keuntungan dari penutupan bisnis Garuda Indonesia boleh saja.
"Boleh saja, tidak masalah, tapi pendapatan Garuda masuk ke negara. Bisa dikembalikan ke rakyat," kata Chappy.
Sementara itu, dia tidak bisa menilai berapa kemungkinan untuk menyelamatkan bisnis Garuda Indonesia karena ada faktor politik.
Baca juga: Garuda Sepakat Perpanjang Waktu Pelunasan Utang dari Pertamina Selama 3 tahun
Namun, menurut mantan presiden direktur PT Freeport Indonesia itu, menyelesaikan persoalan keuangan Garuda Indonesia sebenarnya tidaklah sulit.
"Kalau pemerintah restrukturisasi dengan proses audit, bikin Garuda Indonesia baru, petakan apa saja harus dibenarkan, misal pesawat cukup dua hingga tiga macam sesuai rute. Utang Rp 70 triliun diinventarisasi, mulai dengan Garuda baru karena pasti ada uangnya, tidak masuk akal kalau dibilang ini sulit, cuma mau atau tidak?" pungkasnya.
Sebelumnya melalui tulisan di Kompas.com, Chappy menyampaikan, kesimpulan sementara adalah kita memang belum mampu mengelola sebuah maskapai penerbangan.
Bayangkan, jalur penerbangan di Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan adalah jalur penerbangan yang “pasti” sekali lagi “pasti” akan menjanjikan keuntungan yang besar.
"Jalur penerbangan umrah dan haji di Indonesia yang mayoritas beragama Islam adalah jalur penerbangan yang tidak hanya “pasti” akan tetapi “mbahnya pasti” memberikan keuntungan besar terutama secara finansial," tulisnya.
Maskapai apapun, apakah Garuda, Pelita atau apa saja bila ditugaskan menjalankan amanah perhubungan udara di Indonesia pasti akan untung.
"Jalur penerbangan yang menghubungkan kota kota besar di Indonesia dan di kawasan regional serta beberapa kota terkenal di dunia adalah lahan penghasil pendapatan negara yang tersedia," lanjut tulisan itu.
Baca juga: Garuda Indonesia Terancam Pailit, Opsi Diganti Pelita Air Hingga Sekarga Bereaksi
Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra Menjawab Kabar Opsi Pailit
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra buka suara perihal kabar opsi pailit yang kian mencuat di berbagai pemberitaan.
Maskapai flag carrier ini memang tengah menghadapi sidang gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang bisa berujung status pailit.
Isu Garuda Indonesia pailit makin berhembus kencang seiring langkah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang membuka opsi menggantikan Garuda dengan Pelita Air jika Garuda resmi pailit. Opsi tersebut mendapat tanggapan dari Irfan Setiaputra.
Baca juga: Digugat PT Mitra Buana Koorporindo, Garuda Indonesia Terancam Pailit
“Hal tersebut merupakan pandangan dari Kementerian BUMN selaku pemegang saham mayoritas Garuda Indonesia dalam melihat berbagai kemungkinan melalui perspektif yang lebih luas atas berbagau opsi-terkait langkah pemulihan kinerja Garuda Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (20/10/2021).
Di sisi lain, Irfan juga menegaskan bahwa pihaknya tetap berupaya memperbaiki kinerja keuangan perseroan melalui restrukturisasi.
“Adapun fokus utama kami di Garuda Indonesia saat ini adalah untuk terus melakukan langkah akseleratif pemulihan kinerja yang utamanya dilakukan melalui program restrukturisasi menyeluruh yang tengah kami rampungkan,” ucapnya.
“Upaya tersebut turut kami intensifkan melalui berbagai upaya langkah penunjang perbaikan kinerja Garuda Indonesia secara fundamental khususnya dari basis operasional penerbangan,” sambungnya.
Menurutnya, kondisi pandemi Covid-19 yang saat ini mulai terkendali menjadi pertanda baik untuk melanjutkan upaya perbaikan keuangan Garuda Indonesia.
Baca juga: Soal Opsi Pailit, Dirut Garuda Irfan Setiaputra Akhirnya Buka Suara, Berikut Pernyataannya
“Kami optimistis dengan sinyal positif industri penerbangan nasional di tengah situasi pandemi yang mulai terkendali serta dibukanya sektor pariwisata unggulan Indonesia, menjadi momentum penting dalam langkah-langkah perbaikan kinerja yang saat ini terus kami optimalkan bersama seluruh stakeholders terkait,” ucapnya.
Sebelumnya, VP Corporate Secretary & Investor Relations Garuda Indonesia Mitra Piranti juga buka suara perihal kabar Garuda Indonesia pailit.
"Dapat kami pastikan sampai dengan saat ini, perseroan terus melakukan langkah-langkah strategis akselerasi pemulihan kinerja dengan fokus utama perbaikan fundamental kinerja perseroan," katanya dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (20/10/2021).
Mitra berujar, Garuda Indonesia terus melakukan pembenahan di berbagai aspek untuk memperbaiki kinerja agar tidak semakin terjerembab di situasi pandemi seperti sekarang.
Baca juga: Tolak Opsi Mempailitkan Garuda, Sekarga: Menyakiti Perasaan Masyarakat Indonesia
"Upaya tersebut turut kami intensifkan melalui berbagai upaya langkah penunjang perbaikan kinerja, khususnya dari aspek operasional penerbangan," ungkap dia.
Meski begitu, lanjut Mitra, pihak manajemen masih melihat optimisme di masa depan karena industri pariwisata mulai menggeliat. Sehingga diharapkan kinerja perseroan bisa membaik. Ia melanjutkan, selain menghadapi PKPU, Garuda Indonesia juga terus berkomunikasi dengan Kementerian BUMN sebagai pemegang saham mayoritas terkait rencana restrukturisasi utang.
"Di samping itu, negosiasi dan komunikasi dengan para kreditur secara berkesinambungan dijalankan oleh perseroan guna mencapai penyelesaian terbaik dan restrukturisasi yang optimal guna dapat memperbaiki fundamental kinerja perseroan ke depannya," beber Mitra.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.