Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Peter Gontha Singgung soal Sewa Pesawat Garuda, Begini Sikap Kementerian BUMN

Peter menyebut harga sewa pesawat jenis Boeing 777 di pasar mencapai 750.000 dolar AS atau setara Rp 10,6 miliar per bulan

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
zoom-in Peter Gontha Singgung soal Sewa Pesawat Garuda, Begini Sikap Kementerian BUMN
ist
Staf Khusus III Menteri BUMN Arya Sinulingga 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menanggapi pernyataan Peter Gontha yang merupakan mantan Komisaris PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) perihal selisih harga sewa pesawat yang sebelumnya disepakati antara manajemen dan lessor.

Melalui akun media sosial miliknya, Peter menyebut harga sewa pesawat jenis Boeing 777 di pasar mencapai 750.000 dolar AS atau setara Rp 10,6 miliar per bulan (asumsi kurs Rp14.221 per dolar AS).

Namun, manajemen Garuda sebelumnya berani membayar di angka 1,4 juta dolar AS atau Rp 19,9 miliar per bulan.

Baca juga: Sejumlah Maskapai Gelar Promo Tes PCR, Mulai dari Garuda Indonesia, Lion Air Hingga Super Air Jet

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, Kementerian BUMN mendukung agar perihal tersebut diusut ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), apabila ucapan Peter Gontha benar.

Arya juga menyebut, agar jajaran Dewan Komisaris dan Direksi yang terlibat kontrak penyewaan pesawat yang dimaksud, untuk menghadap ke KPK.

"Kami sangat mendukung kalau benar Pak Peter Gontha menyebarkan data mengenai penyewaan pesawat ke KPK," ucap Arya kepada wartawan, Senin (1/11/2021).

Baca juga: Aturan Terbaru Penerbangan Domestik Garuda Indonesia Sesuai Ketentuan Terbaru dari Satgas Covid-19

Berita Rekomendasi

"Jadi kita dorong memang supaya mantan-mantan Komisaris atau mantan Direksi pada saat itu, bisa diperiksa saja untuk mengecek bagaimana dulu sampai penyewaan pesawat tersebut bisa terjadi," sambungnya.

Seperti diketahui, maskapai penerbangan Garuda Indonesia kini sedang mengalami kondisi krisis.

Perusahaan berkode saham GIAA tersebut diketahui memiliki utang puluhan triliun, dan akan terus membengkak seiring berjalannya waktu.

Selain menurunnya operasional penerbangan imbas pandemi Covid-19, sakitnya Garuda Indonesia juga disebabkan masalah penyewaan pesawat dengan lessor.

Harga sewa yang diterima Garuda Indonesia saat ini sangatlah besar, dan membuat neraca keuangan perseroan menjadi tidak karuan.

"Kan kita tau bahwa kasusnya ini ugal-ugalan di sana, di penyewaan pesawat," pungkas Arya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas