PMN Cair, Rangkaian Kereta Cepat Masuki Tahap Produksi
Struktur pembiayaan KCJB adalah 75 persen dari nilai proyek dibiayai China Development Bank (CDB) dan 25 persen dari ekuitas konsorsium.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembangunan kereta cepat Jakarta - Bandung langsung tancap gas, setelah mendapat persetujuan suntikan dana dari pemerintah melalui penyertaan modal negara (PMN).
Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, progres pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) saat ini sudah mencapai lebih dari 79 persen.
"Rangkaian kereta atau Electric Multiple Unit (EMU) untuk proyek tersebut, sudah memasuki tahap produksi di pabrik China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) Sifang di Qingdao, China, dengan sistem manajemen mutu terstandarisasi internasional ISO 9001,” kata Dwiyana dalam keterangannya, Senin (1/11/2021).
Menurutnya, masuknya investasi pemerintah melalui PMN kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku leading konsorsium, akan mengakselerasi pengerjaan proyek setelah sempat tersendat akibat pandemi Covid-19.
Baca juga: Kereta Cepat Tidak Berhenti di Bandung, Penumpang Turun di Padalarang Lalu Sambung KA Feeder
Struktur pembiayaan KCJB adalah 75 persen dari nilai proyek dibiayai China Development Bank (CDB) dan 25 persen dari ekuitas konsorsium.
Baca juga: Layanan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Akan Terintegrasi dengan Moda Transportasi Lain
Dari 25 persen ekuitas, 60 persen berasal dari konsorsium Indonesia karena menjadi pemegang saham mayoritas.
Dengan demikian, pendanaan dari konsorsium Indonesia sekitar 15 persen dari proyek, dan sisanya sebesar 85 persen dari ekuitas serta pinjaman pihak China, tanpa adanya jaminan dari Pemerintah Indonesia.
Kereta cepat Jakarta-Bandung masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dibangun melalui kerja sama Indonesia dan China.
Pengerjaan proyek menggunakan teknologi tinggi, sehingga bisa menjadi suatu lompatan yang baik bagi Indonesia.
Terlebih, kedua negara juga telah melakukan transfer knowledge dan para pekerja di Indonesia memiliki kesempatan untuk meningkatkan kompetensinya.