Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Utang Pemerintah Indonesia Bertambah Rp 86 Triliun Per September, Total Rp 6.711,52 Triliun

Utang Pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi kini bertambah lagi.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Utang Pemerintah Indonesia Bertambah Rp 86 Triliun Per September, Total Rp 6.711,52 Triliun
Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Utang Pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi kini bertambah lagi.

Pada akhir triwulan ketiga, atau September 2021 tercatat utang pemerintah RI bertambah Rp 86 triliun.

Sehingga total utang Indonesia berjumlah Rp 6.711,52 triliun.

Berdasarkan publikasi di APBN KiTa Kementerian Keuangan per akhir Agustus 2021 yakni Rp 6.625,43 triliun.

Penambahan utang pemerintah Indonesia Jokowi-Ma'ruf Amin ini lebih besar dibandingkan pada periode Agustus 2021 yang hanya Rp 55,27 triliun.

Baca juga: Utang Menggunung dan Digugat PKPU, Nasib Garuda Bisa Seperti Merpati?

Dengan bertambahnya utang pemerintah Indonesia Jokowi-Ma'ruf Amin, rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) pun meningkat.

Rasio utang pemerintah Indonesia Jokowi-Ma'ruf Amin terhadap PDB adalah 41,38%.

Berita Rekomendasi

Bulan sebelumnya, rasio utang pemerintah Indonesia Jokowi-Ma'ruf Amin terhadap PDB hanya 40,85%.

Berdasarkan jenisnya, utang pemerintah Indonesia paling besar dikontribusi dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) domestik yakni sebesar Rp 5.887,67 triliun yang terbagi dalam Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Lalu, utang pemerintah Indonesia Jokowi-Ma'ruf Amin melalui penerbitan SBN valas yakni sebesar Rp 1.280 triliun per September 2021.

Baca juga: Gandeng BTN, Peserta BP Jamsostek Bisa Kredit Rumah Rp 500 Juta

Utang pemerintah Indonesia Jokowi-Ma'ruf Amin lainnya bersumber dari pinjaman yakni sebesar Rp 823,85 triliun meliputi pinjaman dalam negeri sebesar Rp 12,52 triliun dan pinjaman luar negeri sebesar Rp 811,33 triliun.

Apabila dirinci lagi, pinjaman luar negeri itu terdiri dari pinjaman bilateral Rp 306,18 triliun, pinjaman multilateral Rp 463,67 triliun, dan commercial banks Rp 41,48 triliun.

Dalam pemberitaan Kontan.co.id, terus meningkatnya utang Indonesia pun kerap menjadi perbincangan berbagai pihak. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku senang.

"Banyak orang lihat keuangan negara detail, saya senang banget sekarang semua orang urusin utang. Semua orang bicara itu.

It's good, kita punya ownership terhadap keuangan negara," kata Sri Mulyani dalam acara Peluncuran Buku 25 Tahun KONTAN: Melintasi 3 Krisis Multidimensi, Minggu (24/10).

Sebab sebelumnya, pada saat krisis tahun 1997-1998 maupuun tahun 2008, tidak ada orang yang memperhatikan kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Namun ia menegaskan, jika utang berlipat maka negara bisa kesulitan membayarnya.

Terlebih, nilai tukar rupiah melemah. Hal ini akan berdampak terhadap kondisi keuangan.

"Kalau utang berlipat ganda, walaupun tadi utangnya sama tetapi nilai tukar berubah maka penerimaan ada yang dalam bentuk rupiah menjadi tidak bisa mampu untuk membayarnya kembali," kata Sri Mulyani.

Sebab itu, saat kondisi perekonomian sedang bangkit, pemerintah berusaha untuk menyehatkan keuangan negara dengan memberikan ruang fiskal pada APBN.

Tujuannya, agar saat perekonomian kembali tertekan, keuangan negara kembali hadir untuk melindungi dan menyehatkan perekonomian. (Adi Wikanto/Adinda Ade Mustam)

Sumber: Kontan

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas