IHSG Pekan Lalu Catat Sejarah, Bagaimana Pergerakannya di Hari Ini?
Penyebaran cepat virus Covid 19 di Eropa disertai beberapa negara tercatat mengalami kenaikan kasus tertinggi harian.
Editor: Hendra Gunawan
Naiknya penjualan ritel kemungkinan disebabkan rakyat Amerika memulai belanja liburan lebih awal untuk menghindari rak yang kosong di tengah kekurangan sejumlah barang karena pandemi menekan rantai pasokan.
Baca juga: IHSG Sepekan Ditutup Turun Tipis 0,15 Persen, Asing Lakukan Aksi Borong Rp 1,10 Triliun
Kenaikan itu terjadi bahkan ketika indeks harga konsumen melonjak 6,2%yoy pada bulan lalu, inflasi yang tidak terlihat sejak 1990-an.
Penjualan ritel Amerika naik lebih baik dari ekspektasi pada Oktober, memberi dorongan ekonomi yang kuat di kuartal keempat dan meningkatkan kemungkinan pengetatan kebijakan moneter.
Masih dari global, investor khawatir ketika sejumlah negara Eropa memberlakukan lockdown untuk mengatasi gelombang terbaru infeksi virus Covid 19.
Penyebaran cepat virus Covid 19 di Eropa disertai beberapa negara tercatat mengalami kenaikan kasus tertinggi harian.
Pelaku pasar khawatir bahwa Eropa tampaknya berada di ambang gelombang keempat infeksi Covid-19. Ini membuat Bank Sentral Eropa (ECB) diprediksi tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga di tengah kenaikan inflasi di sejumlah negara Eropa tersebut.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mencatat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2021 surplus US$ 10,7 miliar setelah mengalami defisit US$ 0,4 miliar pada triwulan sebelumnya.
Surplus NPI tersebut ditopang oleh transaksi berjalan yang mencatat surplus serta surplus transaksi modal dan finansial yang makin meningkat.
Posisi cadangan devisa pada akhir September 2021 mencapai US$146,9 miliar atau lebih tinggi dibandingkan USD137,1 miliar pada akhir Juni 2021.
Menurut Hans, surplus pada Neraca Pembayaran Indonesia berhasil mengangkat IHSG ke level tertinggi yang pernah ada. IHSG juga naik ditopang kenaikan sejumlah komoditas.
"Kekhawatiran gelombang ke 4 covid 19 di zona Eropa akan menjadi salah satu sentimen negatif pasar. Potensi lockdown yang mengganggu pemulihan ekonomi dan salah satunya gangguan rantai pasokan sehingga mendorong inflasi tinggi," paparnya.
Hans menambahkan, tingginya inflasi Amerika Serikat berpotensi mendorong the Fed merubah kebijakan moneternya.
Hans meramal IHSG akan diperdagangkan dengan support di level 6.651 sampai 6.592 dan resistance di level 6.750 sampai 6.799 pada pekan depan. (Ika Puspitasari)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Sejumlah sentimen berikut pengaruhi pergerakan IHSG pekan ini ",