LRT Jabodebek Akan Dioperasikan Tanpa Masinis
Proyek Light Rapid Transit (LRT) Jabodebek segera kelar, rencananya proyek ini akan dioperasikan pada Agustus 2022 tanpa
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Proyek Light Rapid Transit (LRT) Jabodebek segera kelar, rencananya proyek ini akan dioperasikan pada Agustus 2022 tanpa menggunakan masinis.
Berbeda pada saat LRT Jabodebek tabrakan pada Senin (25/10/2021) lalu, yang pengoperasiannya masih menggunakan masinis.
Rencana pengoperasian LRT Jabodebek tanpa masinis disiapkan karena moda transportasi ini akan dioperasikan menggunakan sistem kendali kereta berbasis komunikasi.
Sistem itu disebut dengan Communication Base Train Control (CBTC) dengan Grade of Automation (GoA) tingkat 3 yang memungkinkan LRT Jabodebek beroperasi secara otomatis tanpa masinis.
Baca juga: Proyek LRT City Ciracas Bakal Topping Off, Penjualan Diprediksi Meningkat
PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku operator LRT Jabodebek kini tengah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang andal untuk memastikan pelayanan, keselamatan dan keamanan selama dalam perjalanan tetap terjaga.
“Meski LRT Jabodebek akan beroperasi tanpa masinis, nantinya terdapat 2 orang petugas pada setiap rangkaian LRT Jabodebek yaitu 1 orang train attendant dan 1 orang Security,” ujar VP Public Relations KAI Joni Martinus dalam keterangannya, Selasa (23/11/2021).
Perbedaan masinis dan train attendant LRT Jabodebek Train attendant bertugas untuk memastikan segala sesuatu terkait LRT Jabodebek berjalan normal, memberikan informasi kepada pelanggan, serta memberikan pelayanan kepada pelanggan.
Baca juga: Utamakan Keselamatan Publik, DPR Harap Insiden Tabrakan LRT Jabodebek Jadi Pelajaran
Nantinya, train attendant selalu mobile di dalam kereta dan tidak mengoperasikan sarananya dalam operasi normal.
Hal tersebut dikarenakan, pengoperasian LRT Jabodebek dilakukan secara otomatis dari Operation Control Center (OCC)/Backup OCC secara terpusat.
“Pada saat terjadi gangguan, train attendant bertugas untuk mengemudikan dengan kecepatan terbatas dan membuka-tutup pintu LRT Jabodebek,” ujar Joni.
KAI saat ini sedang menyiapkan 123 orang train attendant untuk bertugas di 27 rangkaian kereta LRT Jabodebek (4 cadangan).
Baca juga: Tabrakan LRT Jabodetabek Diduga karena Human Error, Masinis akan Dapat Sanksi Jika Terbukti Bersalah
Berbeda dengan masinis, petugas train attendant juga harus mampu berbahasa Inggris karena selama perjalanan petugas train attendant berinteraksi langsung dengan para pelanggan.
Syarat jadi train attendant LRT Jabodebek Guna menjamin kualitas train attendant LRT Jabodebek, kualifikasi petugas train attendant tetap mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 4 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian.
Sesuai Peraturan Menteri tersebut, syarat train attendant di antaranya harus sehat jasmani dan rohani serta tidak buta warna.
Sebelum dapat bertugas, para train attendant akan mendapatkan pelatihan selama 2,5 bulan di Balai Pelatihan Teknik Perkeretaapian (BPTP) Sofyan Hadi Bekasi.
Baca juga: MRT Jakarta Segera Selidiki Putusnya Pasokan Listrik yang Ganggu Operasional Kereta Ratangga
Jika telah menyelesaikan pelatihan dan lulus uji kecakapan, maka petugas train attendant akan mendapatkan sertifikat kecakapan dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
“Melalui persiapan yang matang untuk para petugas LRT Jabodebek, diharapkan mampu memberikan pelayanan maksimal bagi pelanggan untuk merasakan transportasi perkeretaapian urban yang paling maju di kawasan Ibu Kota,” tutup Joni.
Sebelumnya, LRT Jabodebek sempat mengalami tabrakan pada Senin, 25 Oktober 2021 pukul 13.00 WIB. Tabrakan tersebut terjadi ketika uji coba, bukan saat mengangkut penumpang.
Tabrakan tersebut melibatkan 2 rangkaian kereta LRT di antara petak Stasiun Harjamukti – Stasiun Ciracas jalur LRT Jabodebek. (Muhammad Choirul Anwar)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sempat Tabrakan, LRT Jabodebek Bakal Beroperasi Tanpa Masinis"