Inflasi Desember Diprediksi 0,49 Persen, Dipicu Harga Cabai Rawit dan Minyak Goreng
Bank Sentral memperkirakan inflasi sebesar 0,49 persen (month to month/mtm) berdasarkan survei pemantauan harga minggu keempat Desember 2021.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia dalam laporan terbarunya menyebutkan, perkembangan harga pada Desember 2021 masih relatif terkendali.
Bank Sentral memperkirakan inflasi terjadi sebesar 0,49 persen (month to month/mtm) berdasarkan survei pemantauan harga minggu keempat Desember 2021.
Sementara itu, dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi 2021 sebesar 1,79 persen.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono mengatakan, penyumbang utama inflasi bulan ini ditempati oleh komoditas cabai rawit dan minyak goreng.
“Penyumbang utama inflasi Desember 2021 sampai dengan minggu keempat yaitu komoditas cabai rawit sebesar 0,13 persen (mtm), minyak goreng sebesar 0,07 persen (mtm), daging ayam ras dan cabai merah masing-masing sebesar 0,04 persen (mtm),” jelas Erwin, Jumat (24/12/2021).
Baca juga: Inflasi di AS Memburuk, Pengamat: Perlu Diwaspadai, Bisa Berdampak ke Indonesia Pada 2022
“Untuk komoditas telur ayam ras dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), bawang merah, sabun detergen bubuk dan semen masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm)," sambungnya.
Baca juga: GAPKI: Harga CPO Masih Akan Tinggi di 2022
Dalam survei ini, Bank Indonesia juga mencatat sejumlah komoditas yang mengalami deflasi. Salah satunya yakni daging sapi sebesar -0,01 persen (mtm).
Dengan adanya survei pemantauan harga, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.
Baca juga: Harga Cabai Tembus Rp 125 Ribu Per Kg, Pedagang Mengeluh Pembeli Berkurang
“Serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” pungkas Erwin.