Terancam Didepak BEI, Ini yang Dilakukan AirAsia Indonesia
Dua maskapai yang telah mencatatkan diri sebagai perusahaan terbuka, kini terancam delisting dari dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 membuat bisnis maskapai penerbangan di Indonesia suram.
Dua maskapai yang telah mencatatkan diri sebagai perusahaan terbuka, kini terancam delisting dari dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
Setelah beberapa waktu lalu Garuda mendapatkan peringatan dari BEI, kini giliran PT AirAsia Indonesia Tbk yang terancam didepak dari bursa.
Maskapai tersebut kini berupaya untuk memenuhi ketentuan persyaratan agar tetap bisa tercatat di BEI.
Baca juga: Demi Kesuksesan Restrukturisasi, Garuda Indonesia Proaktif Berdialog dengan Kreditur dan Lessor
Sejumlah persyaratan pun berusaha dipenuhi oleh AirAsia Indonesia.
Sesuai ketentuan V Peraturan Bursa Nomor: 1-A tentang Persyaratan Bagi Perusahaan Tercatat untuk Tetap Tercatat di Bursa.
Syaratnya, jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham bukan pengendali dan bukan pemegang saham utama minimal 50 juta lembar atau 7,5 persen dari jumlah saham dalam modal disetor.
Lalu, strategi apa yang dilakukan AirAsia untuk tetap bisa tercatat? Dikutip dari Keterbukaan Informasi, AirAsia mulai mengoperasionalkan penerbangannya dan berupaya membuka semua rute.
Baca juga: Sempat Mengudara 15 Menit, Pesawat Lion Air JT-145 Putuskan Return to Base
Ini salah satu strategi untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh BEI.
"Saat ini, Perseroan sudah mulai mengoperasikan penerbangan komersialnya sejak bulan September 2021 yang lalu, dan secara berkala berencana membuka semua rute yang sebelumnya dioperasikan oleh Indonesia AirAsia," kata Head of Corporate Secretary AirAsia Indah Permatasari Saugi lewat pernyataan tertulis di Keterbukaan Informasi, dikutip Selasa (4/1/2022).
Tambahan jatah bagasi dan sediakan layanan tes Covid-19
Strategi lainnya, memberikan penambahan jatah bagasi secara gratis dari 15 kilogram (kg) menjadi 20 kg.
Tiap penumpang, kata Indah, juga dapat membawa barang bawaan ke dalam pesawat dengan total berat maksimal 7 kg.
Selain itu, menyediakan layanan tes antigen dengan tarif Rp 35.000 dan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) sebesar Rp 220.000.
Baca juga: Penumpang Iseng Buka Pintu Darurat saat Boarding, Citilink Batalkan Penerbangan ke Cepu
Buka bisnis kargo dan charter
"Perseroan saat ini fokus pada keberlangsungan dan pemulihan kinerja dengan memaksimalkan berbagai peluang bisnis, seperti kargo dan charter, meluncurkan sejumlah aktivitas promosi, serta menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak guna meningkatkan permintaan perjalanan," ujarnya.
Saham CMMP diharapkan dibuka kembali
AirAsia juga berharap kepada BEI agar pada kuartal II 2022 mau kembali membuka market saham CMPP (kode emiten AirAsia) untuk bisa diperjualbelikan.
Tujuannya, untuk pemulihan kinerja keuangan Perseroan akibat pandemi Covid-19 yang menerpa seluruh industri penerbangan.
"Perseroan berupaya agar pada periode kuartal II 2022, penghentian sementara atas perdagangan saham Perseroan akan dibuka oleh Bursa Efek Indonesia sehingga saham Perseroan bisa kembali diperdagangkan di Pasar Reguler," harapnya.
Aksi korporasi
Pada kuartal I 2022, CMPP sedang merancang aksi korporasi yang tujuannya tak lain memenuhi persyaratan sebagai Perusahaan Tercatat.
"Rencana aksi korporasi dalam rangka memenuhi ketentuan V.1 Peraturan Bursa Nomor 1-A mengenai free float telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham utama dan sedang dalam proses finalisasi," jelas Indah. (Ade Miranti Karunia)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Terancam Dicoret dari Bursa Efek Indonesia, Ini Rencana AirAsia Tahun Ini"