Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Riset Mandiri Institute: 49,3 Persen UMKM Sudah Miliki Akses Penjualan ke Platform Digital

Lembaga survei Mandiri Institute mengungkapkan, sebanyak 49,3 persen UMKM telah memiliki akses penjualan digital.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Riset Mandiri Institute: 49,3 Persen UMKM Sudah Miliki Akses Penjualan ke Platform Digital
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Satu kios pedagang kuliner menjajakan dagangannya di Skywalk Teras Cihampelas, Kota Bandung, Kamis (28/1/2021). TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga survei Mandiri Institute mengungkapkan, sebanyak 49,3 persen UMKM telah memiliki akses penjualan digital.

Head of Mandiri Institute, Teguh Yudo Wicaksono mengatakan, pandemi Covid-19 telah mendorong kenaikan adopsi digital terhadap UMKM yang baru berdiri sejak 2020.

Sebagai informasi, survei ini dilakukan Mandiri Institute pada Desember 2021 terhadap 2.944 UMKM yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan beberapa provinsi di Indonesia bagian timur.

Tujuan survei kali ini adalah untuk melihat kondisi UMKM pada masa pemulihan ekonomi pada akhir 2021.

“Digitalisasi baik dalam penjualan maupun transaksi, mampu membantu UMKM tetap survive dan meningkatkan omset usaha,” ucap Teguh tentang surveinya, Rabu (19/1/2022).

Baca juga: Survei Mandiri Institute: UMKM Sudah Dapat Beradaptasi Dalam Situasi Pandemi

Meskipun demikian, lanjut Teguh, masih cukup banyak UMKM yang mengalami kendala dalam penjualan secara online.

Berita Rekomendasi

Pertama, masalah jaringan merupakan kendala terbesar dalam melakukan penjualan secara online.

Baca juga: Disetujui Presiden Jokowi, BLT UMKM Siap Lanjut di 2022, Simak Ketentuannya

Tercatat, lebih dari setengah responden (55,1 persen) mengalami jaringan telekomunikasi yang lemah menyulitkan mereka dalam menjual.

Yang kedua, ketidaktahuan cara menjual produk secara online juga menjadi kendala terbesar UMKM yang tidak menggunakan akses digital.

Kemudian kendala lain yang dihadapi adalah kurangnya modal, sarana, dan akses pendukung (seperti smartphone, platform yang sesuai, dan akun dompet digital/perbankan).

“Mandiri Institute mengusulkan bahwa untuk mendorong digitalisasi UMKM, pelaku UMKM masih membutuhkan dukungan pelatihan dan asistensi mengenai cara penggunaan platform digital,” ujar Teguh.

Mandiri Institute dalam surveinya juga mencatat, 4 dari 5 UMKM sudah menyediakan metode pembayaran non-tunai.

Dari survei ditemukan, sekitar 80,8 persen menyediakan transaksi non-tunai, dimana mayoritas (93,2 persen) menggunakan metode transfer antar bank.

Baca juga: Ajang Foodizz 2022 Siap Scale Up UMKM Kuliner dan Ciptakan Lapangan Kerja Baru

UMKM pengguna Electronic Data Capture (EDC) ada sebesar 49,6 persen, sementara transaksi menggunakan e-wallet digunakan oleh 37,1 persen UMKM.

Namun, Mandiri Institute melihat penggunaan EDC dalam transaksi penjualan dan pembelian UMKM mulai tergantikan oleh metode non-tunai lainnya.

“Terkait dengan adaptasi digital, maka saluran pembayaran digital, utilisasi penggunaan channel pembayaran non-tunai, terutama melalui e-wallet, perlu didorong,” jelas Teguh.

“Dengan semakin meningkatnya transaksi digital oleh konsumen, adanya opsi pembayaran tersebut akan memudahkan konsumen dan meningkatkan penjualan usaha UMKM,” pungkasnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas