Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pasar Modal Dinilai Pulih, Saat Tepat bagi Perusahaan untuk IPO

Karena pasar modal mulai pulih, tahun ini merupakan momentum yang tepat bagi perusahaan untuk untuk IPO.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Pasar Modal Dinilai Pulih, Saat Tepat bagi Perusahaan untuk IPO
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Karyawan melintas di dekat monitor yang menunjukkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di galeri Mandiri Sekuritas, Jakarta. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Laporan Wartawan Tribunnews, Willy Widianto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Proyeksi pemulihan pasar modal dinilai menjadi momentum bagi sejumlah perusahaan kembali menjalankan rencana penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) ke lantai bursa,

Keputusan menunda IPO sepanjang 2021 hingga awal tahun 2022 juga dinilai tepat seiring situasi yang penuh ketidakpastian dan terjadi koreksi. 

Ekonom dan Praktisi Pasar Modal, Lucky Bayu Purnomo menjelaskan IPO merupakan rencana yang tidak semata-mata dapat berdiri sendiri. Selain proses administrasi panjang yang harus dipenuhi, IPO juga perlu mempertimbangkan analisis lintas pasar. 

“Proses IPO harus terus membandingkan kondisi perusahaan dengan sektornya, serta kondisi pasar secara umum,” kata Lucky dalam pernyataannya, Jumat (28/1/2022).

Baca juga: Stockbit Tambah Fitur Baru, Pengguna Bisa Pesan Saham Emiten Baru yang IPO Via Online

Namun, ia menilai tahun ini merupakan momentum yang tepat bagi perusahaan untuk untuk IPO. Salah satu indikasinya adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mulai menguat ke level 6.600. Meski belum 
mencapai level tertinggi sepanjang sejarah di level 6.754, namun kondisi penguatan sudah terjadi sejak awal tahun 2022. 

Baca juga: Pemilik Restoran Gokana Bakal IPO, Dananya Untuk Ekspansi Gerai

Hal ini menjadi indikasi optimisme para investor terhadap pasar ke depan. Di antara sektor yang sedang memasuki masa pemulihan (improving) secara bertahap adalah properti, infrastruktur dan perbankan. 

Berita Rekomendasi

Seluruh sektor tersebut melibatkan pembiayaan sehingga berpotensi  menyehatkan satu sama lain, meski proses pemulihan membutuhkan waktu. Proses pemulihan sektor properti juga akan didorong oleh berbagai kebijakan dan insentif dari pemerintah untuk memberi kemudahan dalam menjalankan usaha. 

Baca juga: Lewati Astra, Bank Jago Kini Masuk 5 Emiten Berkapitalisasi Terbesar di BEI

Sebagai contoh, salah satu perusahaan properti berbasis transportasi massal, PT Adhi Commuter Properti (ADCP) menerbitkan prospektus IPO. Anak usaha PT Adhi Karya Persero Tbk (ADHI) ini akan menerbitkan saham baru sebesar 28,6% atau setara dengan 8,011,204,500 lembar 
saham dengan rentang harga Rp 130-200/ lembar saham.

Menurut Lucky, properti yang berdekatan dengan transportasi massal bagus dan inovatif. Ia menegaskan prospek saham ADCP akan berkaitan dengan berbagai langkah perusahaan dalam melakukan optimasi asetnya. 

"Apa yang dilakukan ADCP merupakan karakter dari langkah diversifikasi. Artinya dalam rangka tetap mempertahankan kualitas fundamental perusahaan,” kata dia.

Sementara itu Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Realestat Indonesia (DPP REI), Paulus Totok Lusida juga memprediksi sektor properti akan semakin membaik di tahun 2022. 

Menurutnya, pengembangan apartemen dengan market tertentu seperti kawasan Transit Oriented Development  (TOD) juga akan meminimalisir kondisi pasar apartemen yang over supply.

Totok melanjutkan pemulihan sektor properti juga akan berasal dari sentimen positif pasar terhadap kesuksesan vaksinasi dan berbagai kebijakan dan insentif yang diberikan pemerintah serta otoritas terkait. 

Beberapa kebijakan tersebut antara lain Undang Undang Cipta Kerja yang telah memangkas berbagai kendala penghambat bisnis dan meringkaskan birokrasi yang berbelit.

Ada juga program restrukturisasi utang untuk counter cyclical policy oleh Otoritas Jasa Keuangan. Di luar itu, insentif lain seperti Pajak Pertambahan 

Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) hingga akhir Desember 2021, tren penurunan suku bunga KPR, serta relaksasi batasan kredit atau loan to value (LTV) yang memungkinkan masyarakat membeli properti dengan uang muka nol persen.

Sekretaris Perusahaan ADCP, Adi Sampurno, juga sepakat bahwa sektor properti akan mulai pulih secara bertahap. 

“Apalagi jika properti tersebut memiliki keunikan tersendiri seperti dekat dengan akses transportasi massal yang membuat penghuni lebih efisien,” kata Adi. 

ADCP memutuskan untuk segera masuk bursa. Adi menjelaskan, rencananya ADCP akan masuk bursa pada Februari 2022, sedikit bergeser dari jadwal sebelumnya.

Hal ini dilakukan karena perusahaan memerlukan waktu untuk menyelesaikan beberapa tambahan kebutuhan administrasi sekaligus memantau kesiapan pasar dan investor. 

“Kami sangat optimistis melihat perkembangan situasi dan animo investor yang sangat baik,” ujar Adi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas