Ada Perang Rusia-Ukraina, IHSG Diprediksi Menguat Ditopang GDP dan Investor Asing
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan tetap menguat di tengah ramainya invasi Rusia ke Ukraina.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan tetap menguat di tengah ramainya invasi Rusia ke Ukraina.
Macro Equity Strategist PT Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi menilai, industri energi khususnya tambang batubara, produsen minyak sawit mentah (CPO), produsen emas, dan saham-saham unggulan (blue chips) dapat menjadi pilihan saat ini.
"Pelaku pasar masih optimistis terhadap IHSG karena data makroekonomi, khususnya data pertumbuhan gross domestic product (GDP) kuartal IV 2022 dan arus dana investor asing ke pasar saham yang masih besar," ujar Lionel, Jumat (25/2/2022).
Baca juga: Dubes Ukraina Peringatkan Soal Propaganda Rusia
Khusus untuk saham blue chips, kata Lionel, beberapa contoh saham yang dapat dikoleksi adalah BBTN, BBNI, BBRI, dan TLKM untuk jangka menengah.
Bahkan, saham-saham pilihan tersebut dapat disimpan hingga menjelang keputusan suku bunga AS atau Fed Rate diumumkan.
Data GDP kuartal terakhir 2021 menunjukkan angka 5 persen (YoY) yang di atas konsensus 4,8 persen (YoY), dan di sisi lain, investor asing membukukan total beli bersih (net inflow) 1,1 miliar dolar AS sejak awal bulan ini (MTD).
Namun, dia menuturkan saat ini pelaku pasar masih berhati-hati terhadap posisi IHSG yang valuasinya termasuk tinggi dibanding pasar saham Asia lain.
Data pasar menunjukkan valuasi harga saham per laba (PER) 23,44x. Sebagai pembanding, PER pasar saham Filipina 22,98x, Malaysia 15,71x, Singapura 18,97x, Thailand 13,19x, dan India 23,47x.
Ke depannya, Lionel menyebut, pelaku pasar berekspektasi valuasi rasio harga saham per laba (PER) IHSG akan turun ke 16,27 x seiring dengan musim rilis data laporan keuangan kuartal IV 2022 yang masih berjalan.
"Tetap waspada terhadap performa IHSG yang sudah melebihi performa MSCI Emerging Market," ucapnya.
Lionel pun mengimbau pelaku pasar juga perlu memperhatikan obligasi Indonesia yang semakin menarik karena selisih (gap) rate of return Indeks Obligasi Pemerintah (ICBI) melebar terhadap pasar obligasi negara berkembang.
Baca juga: Dampak Invasi Rusia ke Ukraina, Rupiah Anjlok dan IHSG Merosot hingga Harga Minyak Dunia Melonjak
Rate of return ICBI saat ini semakin melebar terhadap Indeks Obligasi Negara Berkembang (EMBI) menjadi 23,5 persen pada 23 Februari dari sebelumnya 21,9 persen pada 18 Februari.
Dari sisi analisis teknikal, Senior Technical Analyst Samuel Sekuritas M. Alfatih menilai koreksi IHSG yang terjadi kemarin tidak bertahan lama karena indeks masih berada di dalam pola tren kenaikan (uptrend).
"IHSG masih dapat menguat hingga 7.000 dalam jangka pendek," ujarnya.
Dia mengatakan ketika terkoreksi kemarin, IHSG masih bertahan di support pada level 6.800-6.750.
Dalam jangka menengah, dari total emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa (top 50 market cap), 63 persen bobot masih memiliki pola uptrend, sedangkan akibat penurunan kemarin bobot hanya berkurang 0,8 persen.