Indonesia Harus Punya Rencana Cadangan Sikapi Kenaikan Harga Dampak Konflik Ukraina-Rusia
Oleh karena itu, risiko penurunan ekonomi akan mencakup tekanan inflasi baru di seluruh dunia selain yang terkait dengan pembukaan kembali
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pemerintah diharapkan memiliki rencana cadangan jika harga komoditas dan energi terus-menerus mengalami kenaikan, dampak dari konflik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia.
Pengamat Ekonomi Rahma Gafmi menerangkan, Eropa menghadapi prospek meroketnya harga gas akibat konflik antara Ukraina dan Rusia. Selain itu, kedua negara tersebut menyumbang hampir 30 persen dari ekspor gandum global.
Baca juga: Sanksi Ekonomi Mulai Berimbas, Warga Rusia Kesulitan Ambil Dolar di ATM dan Akses Apple Pay Ditutup
"Makanan juga akan terpengaruh di seluruh dunia, masalah yang diperparah oleh kenaikan harga pupuk, di mana Rusia adalah produsen utama," ujar Rahma dalam keterangannya, Rabu (2/3/2022).
Oleh karena itu, risiko penurunan ekonomi akan mencakup tekanan inflasi baru di seluruh dunia selain yang terkait dengan pembukaan kembali pasca pandemi.
Baca juga: Pencairan Kredit Bakal Meningkat di 2022, Perbankan Pun Sapkan Strategi Tangkal NPL
"Menghadapi momok stagflasi, ECB (Bank Sentral Eropa) mungkin mengalami banyak tekanan untuk mengetatkan kebijakan moneter," kata Rahma.
Jika demikian, ekspektasi kenaikan suku bunga pada gilirannya akan memaksa beberapa negara melakukan pengetatan fiskal. Karena itu, pemerintah diharapkan dapat mengantisipasi perkembangan harga komoditas global, termasuk yang disebabkan oleh isu geopolitik
"Indonesia tampaknya tidak memiliki rencana B jika harga komoditas dan energi tinggi terus-menerus sementara The Fed akan mulai mengetatkan. Saya takut Non Performing Loan (NPL) merangkak hingga 5 persen tahun depan. Bersiaplah untuk skenario buruk seperti itu," imbuh Rahma.
Baca juga: Dilanda Perang, IMF Janji Bantu Perekonomian Ukraina
Konflik antara Rusia dan Ukraina semakin memanas, apalagi setelah Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Barat lainnya mulai memberlakukan sanksi pada sektor keuangan Rusia. Ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina dapat mempengaruhi harga komoditas, mengingat kedua negara tersebut memiliki kontribusi terhadap perekonomian global.